Langsung ke konten utama

Perjalanan Hijrahku



"Hijrah yang sesungguhnya adalah 
Ketika shalat mampu merubah hidup kita.
Ketika lisan berhenti mengucap dusta.
Ketika mata tidak lagi memandang yang bahaya.
Ketika pendengaran terhindar dari yang sia-sia, dan
Ketika hati terjaga dari riya’.
Apakah hijrah hanya merubah penampilan saja? tentu tidak."



Aku memulai perjalanan hijrahku diusia 16 tahun. 
Kuawali hijrahku dengan mengubah penampilan. Yang dulunya hanya jilbab sebatas leher dan itupun sering buka-pasang maka kuputuskan untuk memanjangkannya dan konsisten memakainya.

Sebagaimana perintah Allah dalam Q.S. Al-Ahzab: 59, yang berbunyi: "Hendaklah kamu mengulurkan jilbabmu keseluruh tubuhmu. Yang demikian itu supaya kamu lebih mudah untuk dikenal. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dengan begitu, aku memahami bahwa jilbab panjang merupakan sebuah identitas bagi seorang muslimah.

Meskipun begitu, perjalanan hijrah selalu tidak mudah dan selalu meninggalkan kisah.
Di hari pertama hijrahku, teman-temanku tampak aneh melihat penampilanku. mereka bilang "wah seperti mamah dedeh" lalu ditimpali oleh yang lain dengan nada sarkas "curhat dong" dan tertawa tanpa merasa berdosa.
Awalnya aku ingin marah, tapi rasanya tidak pantas memarahi mereka yang belum mau mengaplikasikan kewajiban seorang muslim dengan benar.
Dan saat itu, Untuk pertama kalinya Aku belajar menahan amarah, dan membalas semua tanggapan dengan senyuman datar tanpa komentar.

Meskipun telah memilih sikap bijak, tanggapan terhadap penampilan baruku terus berdatangan, dalam satu pekan aku harus diam atau paling tidak ketika ada yang berkata "ih nov, kok ganti penampilan? Gak modis tauk. Gak fashionable. Kamu kayak ibu-ibu" dan aku hanya bisa menjawab dengan santai "iya gapapa, aku memang calon ibu-ibu kok" dan setelah itu, semua orang mulai terbiasa dengan penampilan baruku. Mereka tak banyak berkomentar, beberapa diantaranya justru memuji dan ingin mengikuti.

Selain penampilan yang membaik, aku paham bahwa prilaku juga harus membaik.
Aku mengerti bahwa perubahan penampilanku akan jadi sia-sia apabila kebiasaan dan lingkungan pertemananku masih sama seperti dulu. Oleh karena itu, aku mencoba untuk mencari kebiasaan baru dengan menyibukkan diri dalam kegiatan positif dan produktif serta memperluas jejaring pertemanan demi mengokohkan niat hijrahku.

Meskipun telah memutuskan hijrah, aku tak pernah memutuskan persahabatanku dengan mereka.


Menjadi pribadi yang baru bukan berarti melupakan yang lama. sahabat-sahabatku semasa itu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki.
Hanya saja, sebelum aku mengajak mereka untuk menempuh jalan hijrah yang sama, maka kuputuskan untuk memperluas pertemanan, menemukan teman-teman baru di berbagai majelis ilmu maupun di agenda kemuslimahan.
Akupun memutuskan untuk menjadi bagian Rohis dan bangga sebagai Aktivis Dakwah Sekolah (ADS) sehingga bisa bergabung dalam kegiatan kegiatan islamiyah dari Sekolah, FORNUSA maupun CGK.




Aku juga  beberapa kali terlibat didalam kegiatan-kegiatan sosial dan entah mengapa pilihan hijrah menciptakan banyak warna baru dalam hidupku.
Untuk pertamakalinya dalam hidup, aku memenangkan sebuah kompetisi bergengsi.



Kompetisi tersebutlah yang menjadi awal mulanya aku disebut sebagai seorang debater. Tak hanya mengikuti lomba debat, akupun beberapa kali mengikuti lomba karya tulis dan olimpiade. 




Tak menjadi pribadi yang cukup puas akan setiap prestasi dan pencapaian. Aku mulai belajar mengeksplor kemampuan menulisku dengan menjadi young journalist disebuah Rubrik Remaja Koran lokal di kotaku.






Selain menyibukkan diri di dunia jurnalistik, akupun sempat menjadi tutor les privat dan juga pelatih pramuka. Walau terlihat begitu banyak aktivitas, aku tetap memprioritaskan akademik dan aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler.
Semasa SMA, aku mengikuti 4 Ekskul, yaitu PRAMUKA, KIR, ROHIS dan EO SMANSA. 3 dari 4 Organisasi tersebut bersifat heterogen dan hal ini cukup menyulitkanku untuk istiqomah.




Bahkan, beberapa kali harus berpenampilan modis hanya demi menyesuaikan. Misalnya dalam agenda Alkena kelas.


Seperti yang kubilang di awal, perjalanan hijrahku tidaklah mudah.
Beruntungnya, pasca lulus SMA, aku melanjutkan pendidikan di Universitas Sriwijaya, Kampus Indralaya. Menurutku, kampus ini sangat kondusif. Diawal perkuliahan, aku aktif mengikuti kegiatan mentoring. Darisanalah aku mulai belajar banyak hal tentang aqidah dan akhlak. Mulai meluruskan niat hijrah yang salah dan  mulai belajar memantaskan diri.
Aku bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman baru yang selalu mengingatkan diri ini dalam kebaikan.





Tak hanya teman-teman mentoring, aku juga bertemu manusia-manusia baik di organisasi ataupun komunitas yang aku ikuti. Meskipun tidak seberprestasi dulu, ketika di jenjang SMA, namun aku merasa lebih tenang dan nyaman. 
Karena sebanyak apapun prestasi dan pencapaian yang diperoleh, jika tidak bermanfaat untuk orang lain, maka tidak ada gunanya.
Sejujurnya, sampai detik ini aku masih belajar tentang bagaimana caranya bisa istiqomah dan survive di jalan dakwah ini.
Selain dengan beribadah, menjaga hati adalah hal yang perlu dilakukan.
Mungkin aku punya satu tips buat kamu yang sedang berhijrah ria : Please to be selective yaa. Kalo kamu memutuskan hijrah, tapi lingkunganmu gak kondusif, itu akan menyulitkanmu. Sejatinya iman manusia itu fluktuatif dan hanya kitalah yang tau bagaimana membuat iman kita konsisten. Pokoknya, be Selective! Okay:)

sekian perjalanan hijrahku.
Aku masih belajar dan akan terus belajar.

-Untukmu-
Wahai jalan takdirku..
Aku berharap hijrah adalah bagian dari hidupku..
Dan istiqomah adalah pencapaian terbaikku..

Komentar

Anonim mengatakan…
Selamat berproses terus dan jaga kesehatan terus ya

Postingan populer dari blog ini

2019 : Perjuangan Raih Gelar Sarjana!

Setelah berhasil melalui ujian kehidupan sepanjang akhir tahun 2017 hingga pertengahan tahun 2018, Akupun kembali mengurus semua urusanku sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Akupun kembali mendaftarkan diri sebagai Mahasiswi aktif semester 7 di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Saat melakukan pendaftaran ulang, aku hanya bisa mengambil mata kuliah PLKH (Pendidikan Latihan Kemahiran Hukum) yang terdiri dari 10 sks. Hal ini dikarenakan pada semester 6, aku telah mengambil matakuliah dengan bobot sebanyak 136 sks. Berdasarkan ketentuan kurikulum Fakultas, setiap mahasiswa harus memenuhi syarat studi 152 sks untuk lulus, sementara diriku sudah melampaui bahkan lebih 2 sks apabila 136 sks+ 10 sks PLKH + 4 sks KKL + 4 sks Srkripsi, maka totalnya menjadi 154 sks.  Pada semester 7, rutinitasku lebih teratur dan tidak semua kesempatan kuambil saat itu . Aku belajar menjalani hidup dengan lebih hati-hati. Selain PLKH, akupun menyempatkan diri untuk mengikuti kelas TOEFL Pre...

Episode Penting Yang Tak pernah Kurencanakan

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun berganti tahun merangkai satuan waktu yang membentuk episode baru. Jika sebelumnya ada banyak episode yang kurencanakan, maka kali ini aku menemukan Episode Penting Yang Tak Pernah Kurencanakan. Saking pentingnya, episode inilah yang mampu menghantarkanku pada cita-cita dan tujuanku di dunia yang serba sementara ini dan di akhirat yang sangat kekal, InsyaAllah. Episode itu adalah Dodo. (Februari 2020) Nama yang tidak pernah kalian dengar setiap aku menceritakan kisah asmaraku. Namun nama ini tidak pernah absen ketika aku menceritakan kisah persahabatanku. Bukankah Narasi yang kubangun tentang Dodo teramat baik? Bukankah kubilang bahwa Dodo adalah orang pertama yang kutemui dan kumintai pertolongan setibanya di tanah Jawa saat hendak melanjutkan studi strata-2 di kota kembang itu? Bukankah aku bilang bahwa persahabatanku dan Dodo sudah pada level sebasengan. Yang art...

Spesialnya Bulan Romadhon : Nikmat Beribadah Bersama Keluarga

Bulan Romadhon adalah salah satu nama bulan dalam perkalenderan hijriah. Jadi, aku akan menjelaskan terlebih dahulu terkait perkalenderan hijriah dan perkalenderan masehi. 📌Pada perkalenderan hijriah tahun ini adalah yang ke 1441 H. Sedangkan perkalenderan masehi, tahun ini adalah yang ke 2020. Maka, jika dihitung selisihnya adalah sekitar = 2020-1441= 579 tahun. Mari kita baca penjelasannya. Kalender Masehi disebut juga sebagai kalender matahari atau kalender syamsiah. Perhitungan hari berdasarkan kalender matahari ini ditetapkan dan mulai diberlakukan oleh penguasa kerajaan Romawi pada tahun 47 bernama Julius Caesar. Kalender masehi dihitung berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Satu tahun dalam kalender masehi adalah lamanya bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari 5 jam, 48 menit, 44 detik atau setara dengan 365 ¼ hari. Oleh karena itu setiap 4 tahun sekali dalam satu tahun ada 366 hari dan disebut sebagai tahun kabisat, yang berbeda hanyalah pada bulan ...