Langsung ke konten utama

Episode Penting Yang Tak pernah Kurencanakan

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun berganti tahun merangkai satuan waktu yang membentuk episode baru.

Jika sebelumnya ada banyak episode yang kurencanakan, maka kali ini aku menemukan Episode Penting Yang Tak Pernah Kurencanakan. Saking pentingnya, episode inilah yang mampu menghantarkanku pada cita-cita dan tujuanku di dunia yang serba sementara ini dan di akhirat yang sangat kekal, InsyaAllah.

Episode itu adalah Dodo.
(Februari 2020)

Nama yang tidak pernah kalian dengar setiap aku menceritakan kisah asmaraku. Namun nama ini tidak pernah absen ketika aku menceritakan kisah persahabatanku. Bukankah Narasi yang kubangun tentang Dodo teramat baik? Bukankah kubilang bahwa Dodo adalah orang pertama yang kutemui dan kumintai pertolongan setibanya di tanah Jawa saat hendak melanjutkan studi strata-2 di kota kembang itu? Bukankah aku bilang bahwa persahabatanku dan Dodo sudah pada level sebasengan. Yang artinya aku tak segan-segan meminta bantuan apapun, berbicara sesuka hatiku; singkatnya aku benar-benar menjadi diriku sendiri saat bersama Dodo. Aku tidak pernah sungkan untuk memintanya melakukan ini dan itu; pun selama ini Dodo tidak pernah menolak. Maka jangan heran ketika Dodo mengajakku untuk Ta'aruf, aku kehabisan kata-kata dan hanya bilang "Iya boleh". Bagaimana bisa aku menolak permintaan sahabatku yang selama ini memperlakukanku dengan begitu baik? Bagaimana bisa aku mengabaikan niat baiknya untuk serius menikahiku? Hanya perempuan yang teramat tega menolak laki-laki sebaik Dodo.

Meski sejak awal bertemu Aku sudah mengetahui bahwa Dodo adalah sosok manusia baik, Aku tidak pernah menaruh perasaan apapun padanya. Meski aku tau Dodo sempat menyukaiku, Aku tak pernah berniat membalas perasaannya saat itu. Alasannya sederhana, saat itu aku sedang bersama orang lain dan aku belum bisa bertanggung jawab atas perasaan Dodo. Lagipula Aku dan Dodo sangat berbeda dalam hal kepribadian. Aku tau jika Dodo menginginkan sosok akhwat yang kalem, sedangkan aku sangatlah ceria. Keceriaanku yang sering kali membuat oranglain salah paham soal perasaanku. Harus berapakali kubilang jika aku bisa saja makan berdua; jalan berdua; nonton berdua dengan teman laki-laki tanpa perasaan samasekali. Aku menganggap semua hal itu biasa saja. Aku menjaga hatiku dari perasaan-perasaan itu. Bukankah aku memperlakukan semua teman laki-lakiku dengan cara yang sama? Bukankah tidak ada yang benar-benar spesial jika aku tidak mengatakannya. Bukankah sulit sekali membuatku jatuh hati? Bukankah demikian?

Namun semenjak S2, Aku menjadi tidak nyaman dekat dengan laki-laki. Aku selalu menolak jika diajak pergi, bahkan saat ada yang menawarkan dirinya untuk membantuku mencari kosan; maka aku lebih memilih mengajak teman laki-lakiku yang samasekali tidak punya perasaan padaku (yang tidak pernah menganggapku sebagai perempuan yang berpotensi untuk ia nikahi di kemudian hari); aku lebih nyaman begitu. Tidak masalah jika selama pertemuan kami, ia sibuk menceritakan perempuan lain. Itu lebih menenangkan bagiku. Dibanding aku harus pergi dengan teman laki-laki yang selalu mencari cari kesempatan untuk mendekatiku.

Selain tidak nyaman dekat dengan laki-laki yang bukan mahram, aku juga sudah malas sekali bermain-bermain dalam perihal hubungan. Entah mengapa semenjak aku sakit lalu menjalani beberapa operasi, aku merasa bahwa hidupku tak akan bertahan lama. Terlebih aku memang pernah mengalami fase yang sulit dan melelahkan soal penyakitku. Aku seperti manusia yang kehilangan arah dan tujuan hidup; sederhananya aku ingin mati saja saat itu.

Sampai pada akhirnya aku memperbanyak do'aku; aku rutinkan sholat malamku; aku sempurnakan sedekahku; aku perbaiki muamalahku; dan pada akhirnya Allah memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalahku, yaitu dorongan agar segera menikah. Awalnya memang terdengar konyol. Setiap aku bilang ingin menikah, keluargaku yang kasihan melihat kondisiku hanya bilang "Iyo lajulah amen nak nikah"; sedangkan teman-temanku yang prihatin melihat penyakitku hanya bilang "Sabar, kamu tu hanya emosi sesaat. Kamu tu cuma butuh temen Nov; bukan butuh suami". Begitulah tanggapan mereka. Yaa mungkin benar, aku memang hanya membutuhkan teman dan kebetulan temanku itu mau jadi suamiku.

Bayangkan saja, laki-laki mana yang mau menerima perempuan yang pesakitan? Jikapun ada hanya 1 berbanding 1000 yakan?. Bahkan fakta di lapangan lebih banyak kutemui laki-laki yang meninggalkan perempuannya saat sedang sakit. Ada banyak sekali ibu-ibu di rumah sakit yang harus menjalani operasi sendiri karena suaminya minggat dan tak sanggup menemani masa sulit istrinya. Aku sempat meneteskan air mata mendengarkan salah satu cerita dari mereka. "Sulit sekali mendapati pasangan setia"-ujarnya.

Pertemuanku dengan Dodo yang kini lebih nyaman kusebut dengan panggilan Mas Dodo, adalah sebuah rangkaian perjalanan panjang. Dimulai dari ketidaksengajaan, lalu disatukan dalam bingkai pertemanan, dan saling menerima untuk kemudian melangsungkan pernikahan. 
  • Pertemuan yang Allah rencanakan
    Meskipun kuliah di kampus yang sama dan sama-sama pernah aktif di LDF (Lembaga Dakwah Fakultas), selama 4 tahun kuliah kami tidak pernah bertemu samasekali. Seperti yang kita ketahui bahwa ada tiga lini utama dakwah kampus yaitu dakwi, ilmi dan siyasi. Saat itu, Novi memilih aktif di lini siyasi yang bergerak di bidang perpolitikan kampus; sedangkan Mas Dodo memilih aktif di lini dakwi yang bergerak di bidang syiar. Jika Novi mengenal Mas Dodo melalui cerita-cerita sahabat perempuan Novi yang juga merupakan sahabat mas Dodo, maka Mas Dodo mulai mengenal nama Novi ketika Novi mendapatkan amanah mengisi kelompok halaqoh di Fakultas Teknik. Saat itu kami bahkan pernah berada dalam satu grup WA yang sama. Namun seperti yang kalian ketahui bahwa saat itu Novi memilih untuk fokus menyelesaikan tugas akhir, lalu melimpahkan amanah-amanah Novi kepada orang lain yang dirasa cukup mumpuni untuk melanjutkannya. Maka pertemuan di kampus hanya sebatas mengenal nama. Justru pertemuan secara langsung untuk pertama kalinya adalah dalam agenda diluar kampus, itupun bukanlah pertemuan yang berkesan. Ya pertemuan biasa saja tanpa narasi apapun. Sampai kemudian setelah itu menjadi sering sekali bertemu dan bertamu. Mas Dodo adalah salah satu teman yang sangat menyenangkan bagi Novi. Sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk benar-benar berteman baik. Tapi, lagi-lagi tidak ada pertemanan antara perempuan dan laki-laki yang benar-benar pure berteman; salah satunya pasti pernah menaruh perasaan. Mas Dodo dulunya pernah berharap lebih namun perasaan itu layu sebelum berhasil tumbuh. Mas Dodo yang mengetahui bahwa Novi bersama orang lain, memilih untuk realistis, Mas Dodo mulai menjaga jarak dan berhenti berharap. Meski tidak lagi menyukai, Mas Dodo tetap menjadi teman yang baik, bahkan ketika Novi sempat diajak menikah oleh seseorang, mas dodo memberikan saran dan nasihat yang sangat membantu. Setelah Novi mengikuti saran dari Mas Dodo, Novi merasa benar-benar lega karena bisa menolak tanpa harus merasa tidak enak hati. Lagipula menjaga dan memuaskan perasaan orang lain bukanlah sebuah kewajiban. Setelah peristiwa itu, Novi menganggap Mas Dodo seperti saudara sendiri. Novi nyaman sekali berbagi cerita, pun mas Dodo sering memberikan masukan yang baik dan berguna. 
  • Bingkai Pertemanan
    Pertemanan yang kami jalani bukanlah pertemanan antar 2 orang saja, ada manusia-manusia lain juga yang include dalam circle pertemanan ini. Jadi bukan hanya antara Mas Dodo dan Novi saja yaa. Karena merasa sudah sangat akrab, Novi sering sekali melampaui batas, suka sekali membuat mas Dodo baper padahal semua orang tau bahwa Novi tidak serius, namun tetap saja menjadi begitu membingungkan bagi mas Dodo. Namun meski merasa kesal dengan perbuatan Novi, mas Dodo tidak pernah berucap kasar, ia hanya merespon "hehehe" meski hatinya terluka dan memilih melanjutkan pertemanan dalam konteks yang wajar. Bingkai pertemanan yang diciptakan juga memiliki batasan-batasan yangmana orang-orangnya berkomitmen untuk hanya berteman baik.
  • Memutuskan untuk Menikah
    Meski telah berkomitmen untuk tidak menaruh perasaan lebih satu sama lain, tetapi rencana Allah justru jelas berbeda. Entah bagaimana cerita menakjubkan ini bisa hadir dalam hidup kami berdua. Betapa Allah benar-benar maha membolak-balikan hati manusia.
    Novi yang awalnya merantau ke Bandung untuk melanjutkan S2 di Universitas Padjadjaran mendapatkan ujian sakit yang cukup menyiksa diawal hingga akhir perkuliahan semester 1. Ujian itu akhirnya membuat Novi menyederhanakan banyak pilihan. Novi bahkan sempat berada pada fase mempertanyakan "Apasih yang Novi kejar di Dunia ini? Bukankah dunia ini benar-benar sementara?" Jika Novi ingat moment dimana Novi sakit, frustasi dan sendirian, rasanya Novi benar-benar ingin bersyukur jika melihat kondisi Novi hari ini yang sudah kembali membaik meski masih dalam tahap menjalani pengobatan. Selama di Bandung, Novi lebih sering mengunjungi klinik dan Rumah Sakit padahal ada banyak sekali tempat wisata yang seru dan asik disana. Hanya saja Novi selalu mengingat perkataan Umar Bin Khattab, yakni Hatiku tenang karena mengetahui apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku. Ya begitulah konsepnya, selama di Bandung, Novi banyak mengubur ambisi, melepaskan banyak hal, dan tentunya menerima takdir yang Allah tetapkan. Puncaknya adalah saat salah satu Professor menyarankan Novi untuk cuti akademik karena Novi tidak mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Karena saat itu Novi benar-benar sakit dan tidak bisa berpikir; Novi sempat frustasi, sempat ngegalau di taman ganesha, ngadu ke Allah di Masjid Salman, sampe benar-benar dititik "YaAllah Novi pasrah, tapi please jangan biarin Novi gak ngerti pelajaran sama sekali. karena kebodohan itu sangat-sangat menyiksa bagi novi pribadi". Ini bener-bener cerita nyata sih, Novi yang dari S1 gak pernah merasa kesulitan dalam belajar, akhirnya merasa membutuhkan bantuan orang lain untuk berpikir. Bahkan sampai dititik ngehubungin Saleh, ngehubungin Aji dan ngehubungin Abin buat bantu cari judul paper. Namun tetap saja, Novi tidak bisa menyelesaikan masalah Novi. Sampai akhirnya Novi sholat malam dengan tangisan, dan akhirnya Novi menyadari bahwa Novi gakakan bisa dikasih Allah kelonggaran dalam berpikir kalo semisal Novi masih bermaksiat. Akhirnya Novi penuh kemantapan untuk benar-benar menyelesaikan hubungan komitmen dengan seseorang dan kembali meluruskan niat. Dan benar, setelah Novi merelakannya, lamban tapi pasti Allah kembalikan nikmat belajar itu. Novi sedikit demi sedikit mengerjakan tugas yang sudah menumpuk. Setelah itu, seperti janji Novi ke Allah, Novi akhirnya mantap untuk menjemput jodoh dengan cara yang jauh lebih ahsan yakni melalui proposal ta'aruf. Pada tanggal 10 November 2022, Novi meminta bantuan Mba Halah untuk dicarikan jodoh. Namun mba Halah justru menyarankan Novi untuk meminta bantuan Mas Dodo sebagai perantara dengan keyakinan bahwa mas Dodo memiliki banyak teman ikhwan yang baik. Selain itu, Novi juga mengira bahwa mas Dodo sedang berproses dengan akhwat lain sebagaimana yang Novi ketahui bahwa ada pihak akhwat yang pernah menghubungi Novi menanyakan tentang kepribadian mas Dodo. Sayangnya karena H+1 operasi, Novi tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Novi terlalu sibuk menahan sakit sehingga menyarankan pihak akhwat tersebut untuk bertanya pada mba Halah. FYI, Teman dekat (akhwat) mas Dodo yang orang tau adalah mba Halah dan Novi. Jadi sah-sah saja jika pihak akhwat tersebut bertanya kepada Novi perihal kepribadian mas Dodo dan sah-sah saja ketika Novi tidak mencari tau apapun tentang mas Dodo kepada orang lain selama kami berproses. Alasan sederhananya adalah, waktu 3 tahun adalah durasi yang cukup untuk Novi mampu mengenal mas Dodo secara utuh. Oleh karena itu jangan heran ketika Mas Dodo mengajak Novi ta'aruf pada tanggal 14 November 2022, Novi langsung bilang "iya boleh" dan memberikan kontak murobbiyah Novi kepadanya. Saat itu, entah bagaimana datangnya, perasaan tenang, yakin dan nyaman itu sontak hadir tanpa aba-aba. Kami menamai proses ini sebagai sebuah Titik temu. Mas Dodo yang gagal ta'aruf dengan orang lain dan Novi yang memilih menyudahi komitmen dengan orang lain akhirnya bertemu pada satu titik, satu frekuensi dan satu narasi yang sama. Ya, kami ingin menikah karena Allah, kami ingin menikah karena ibadah, dan kami ingin menikah karena ingin mengikuti sunnah Rasulullah. Meski sejak awal mengetahui ada banyak sekali konsekuensi yang akan dihadapi saat memutuskan untuk menikah.
Meski ujiannya banyak, kami berdua tetap bersepakat bahwa selalu ada jalan untuk niat baik kami. Novi menyadari bahwa pernikahan ini adalah episode penting tanpa perencanaan. Jadi wajar saja kalau banyak pihak yang kaget, tercengang dan takjub. Karena sebetulnya Novi dan mas Dodo pun merasakan perasaan yang demikian.

Sebelum tulisan ini dilanjutkan dan disempurnakan dengan muatan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang temen-temen ajukan, sesuai dengan janjiku. Pasca akad, tulisan ini resmi di posting.
Itu artinya kami telah SAH.

Komentar

Blogger Perempuan mengatakan…
Assalamu'alaikum. Bârakallâhu laka wa bâraka 'alaika wa jama'a bainakumâ fî khairin.

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Riwayat Penyakitku

Sebagai  manusia biasa, ada kalanya kita terkena penyakit ataupun musibah yang menyerang daya tubuh. Begitupula dengan diriku, sejak usia balita aku pernah mengalami penyakit step. Step adalah kejang demam yang juga berpotensi menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. (Aku menganggap peristiwa ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT, pasalnya aku berhasil melewati masa kritis pertamaku).  Setelah kejadian itu, aku jarang sekali sakit. Aku bahkan tumbuh menjadi anak yang sehat dengan postur tubuh yang gemuk gempal dan menggemaskan.  Namun, ketika kelas 3 SD, aku kembali mengalami step. Penyakit itu ternyata muncul lagi. Nyaris 1 bulan aku libur sekolah. Aku yang sulit sekali mengkonsumsi obat, harus menggunakan pisang sebagai penawarnya. Pisang putri adalah favoritku dan jika ibu tidak membelikannya maka aku menolak untuk makan obat. Aku memang sangat keras kepala. Aku bahkan rela mati jika tidak ada pisang (saat itu). Jika diingat-ingat betapa konyolnya diriku. Setelah i

Menikah! (Episode Baru Tiap Hari)

Gak nyangka menikah itu seluar biasa iniiii~ Yuk simak ceritaku.. Well, aku baru banget nikah sama Mamas itu 5 Februari 2023, kalo dihitung-hitung yaa belum ada sebulan. Tapi percaya atau enggak, menikah itu memuat episode baru tiap hari. Kenapa aku bilang begitu? Yaa karena tiap hari aku menemukan hal-hal baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. 1. Menetap di tanah Rantau Sebagai orang yang lahir dan berkembang di Pulau Sumatera, jauh dari rumah adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Novi dan Mamas tentunya sangat nyaman tinggal di Palembang. Selain dekat dengan orangtua, kami punya circle dan jejaring yang baik di kota pempek itu. Terlebih kami berdua memang suka sekali makan makanan palembang seperti pempek, kemplang, tekwan, model, dan sebagainya yang tidak kami temui di tanah rantau. Maksudnya, kualitas makanan dan harganya yang tidak sama hehehe. Tidak hanya tentang makanan, menetap di tanah rantau adalah pilihan yang terbilang tidak m

Bandung's Life

14 Agustus 2022 adalah hari dimana aku meninggalkan kota Palembang. Kota yang dipenuhi oleh orang-orang terkasih. Kepergiaanku kali ini memang akan cukup lama karena tujuannya untuk melanjutkan studi di Kota Bandung, tepatnya di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Tepat pukul 09.00 WIB, Ibu dan kakak perempuanku mengantarkanku ke Bandara.  Ayah memang sengaja tidak ikut karena kondisi kesehatannya saat itu tidak terlalu baik. Lagipula ini bukan kepergianku yang pertama.  Namun takbisa kupungkiri bahwa ini adalah kepergianku yang terlama. Jika selama ini aku hanya pergi paling lama selama 40 hari, namun kali ini sepertinya aku akan menghabiskan ratusan hari di tanah rantau. Setibanya di Jakarta, aku sempat bertemu Dodo, teman sepermainanku pasca kampus. Dodo yang bekerja di daerah Tanggerang menyempatkan diri untuk bertemu denganku di Bandara Soetta. Kami menghabiskan waktu bersama hanya untuk sekedar sholat, makan dan mengobrol. Dodo juga me