Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Siapkah Kita untuk Menikah?

Dalam islam, hukum pernikahan dapat digolongkan dalam lima kategori yaitu wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Hal ini tergantung dengan kondisi dan kesiapan masing-masing. Maka pertanyaan "Siapkah Kita untuk Menikah?" sangat berkorelasi dengan hukum pernikahan yang akan dijalani. Macam-macam hukum pernikahan dalam islam: 1. Hukum menikah menjadi wajib apabila seseorang telah mampu, baik secara fisik maupun finansial. Sedangkan bila ia tidak segera menikah dikhawatirkan berbuat zina. 2. Dasar hukum menikah menjadi sunnah  apabila seseorang menginginkan sekali punya anak dan tak mampu mengendalikan diri dari berbuat zina namun belum memiliki kesiapan fisik dan finansial. 3. Hukum nikah menjadi makruh apabila seseorang ingin menikah tetapi tidak berniat memiliki anak, juga ia sebetulnya masih mampu menahan diri dari berbuat zina. Padahal apabila ia menikah ibadah sunnahnya akan terlantar. 4. Seseorang yang hendak menikah tetapi mampu menahan diri dari berbuat zina, maka huk

Nasihat untuk diri sendiri

Seperti kata para orang bijak, memberi nasihat lebih mudah dibanding menerima nasihat. Mengapa demikian? Karena ungkapan "memberi nasihat" itu artinya "masalah" tidak ada pada dirinya. Ia bahkan mencoba memberi solusi pada masalah yang belum pernah ia hadapi. Biasanya nasihatnya standar, "Kamu yang sabar"; "Kamu yang ikhlas"; dan nasihat saran lainnya yang meneduhkan namun terkadang sulit diterima oleh si penerima nasihat. Wajar saja sulit, menerima nasihat saat dalam keadaan sakit, sukar, susah, memang membuat pedih relung hati. Tapi dibanding menyalahkan orang lain yang berusaha berbuat baik, mengapa tidak dicoba dari diri sendiri. Ya, memberi nasihat untuk diri sendiri. Lalu bagaimana caranya? Caranya tidak sulit, namun juga tidak mudah. Lakukan ini dalam keadaan sadar dan penuh harapan. Pertama , tarik nafas yang dalam. Lalu hembuskan. Lakukan berkali kali hingga merasa cukup tenang. Kemudian , berterimakasihlah pada diri sendiri. Hal ini me

Aku dan Riwayat Penyakitku

Sebagai  manusia biasa, ada kalanya kita terkena penyakit ataupun musibah yang menyerang daya tubuh. Begitupula dengan diriku, sejak usia balita aku pernah mengalami penyakit step. Step adalah kejang demam yang juga berpotensi menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. (Aku menganggap peristiwa ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT, pasalnya aku berhasil melewati masa kritis pertamaku).  Setelah kejadian itu, aku jarang sekali sakit. Aku bahkan tumbuh menjadi anak yang sehat dengan postur tubuh yang gemuk gempal dan menggemaskan.  Namun, ketika kelas 3 SD, aku kembali mengalami step. Penyakit itu ternyata muncul lagi. Nyaris 1 bulan aku libur sekolah. Aku yang sulit sekali mengkonsumsi obat, harus menggunakan pisang sebagai penawarnya. Pisang putri adalah favoritku dan jika ibu tidak membelikannya maka aku menolak untuk makan obat. Aku memang sangat keras kepala. Aku bahkan rela mati jika tidak ada pisang (saat itu). Jika diingat-ingat betapa konyolnya diriku. Setelah i

Cerita tentang Kostanku

Bulan juni 2022 lalu, Aku sempat mengunjungi Bandung untuk mencari kostan. Saat itu, aku ditemani oleh Nadya dan Atikah, sahabat shalihahku.  Sebelum mencari kostan, kami menghabiskan waktu untuk sarapan pagi dan ngobrol-ngobrol seputar lpdp dan dunia kampus. Lalu kami menuju kampusku yang berada di Jalan Banda itu karena Aku berencana untuk ngekost di daerah dekat Kampus. Bukan satu dua tempat yang kami kunjungi, bukan pula satu dua sumber yang jadi patokan kami. Wah, cari kostan di Bandung tidak semudah yang kupikirkan. Sampai lelah kaki kaki kedua sahabat shalihaku ini. Sampai akhirnya kami menemukan satu yang paling cocok dan lokasinya lumayan dekat dengan Kampus. Namanya Kost Bara 6, harganya 1,1jt/bulan. Kenapa bisa semahal itu? Karena lokasinya memang di pusat kota. Dan itu sebetulnya harga standar di kota Bandung. Lagipula living allowance dari LPDP lebih dari cukup untuk harga segitu. Betul kan teman-teman? Keesokan harinya aku pulang ke Depok dan beberapa hari be

Bandung's Life

14 Agustus 2022 adalah hari dimana aku meninggalkan kota Palembang. Kota yang dipenuhi oleh orang-orang terkasih. Kepergiaanku kali ini memang akan cukup lama karena tujuannya untuk melanjutkan studi di Kota Bandung, tepatnya di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Tepat pukul 09.00 WIB, Ibu dan kakak perempuanku mengantarkanku ke Bandara.  Ayah memang sengaja tidak ikut karena kondisi kesehatannya saat itu tidak terlalu baik. Lagipula ini bukan kepergianku yang pertama.  Namun takbisa kupungkiri bahwa ini adalah kepergianku yang terlama. Jika selama ini aku hanya pergi paling lama selama 40 hari, namun kali ini sepertinya aku akan menghabiskan ratusan hari di tanah rantau. Setibanya di Jakarta, aku sempat bertemu Dodo, teman sepermainanku pasca kampus. Dodo yang bekerja di daerah Tanggerang menyempatkan diri untuk bertemu denganku di Bandara Soetta. Kami menghabiskan waktu bersama hanya untuk sekedar sholat, makan dan mengobrol. Dodo juga me

2022 : Lanjut S2 di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran

 Again and again, I always say "time runs so really fast". Rasanya baru kemarin Aku merasakan moment lulus dari Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Namun ternyata yang kusebut "kemarin" itu adalah 3 tahun yang lalu. Ya, itu adalah tahun 2019, tahun dimana aku banyak sekali belajar. Tahun dimana rutinitasku berada pada puncak kepadatannya. Tahun dimana aku merasa bahwa hidup ini memang harus diperjuangkan. Menjadi lulusan terbaik membuatku langsung berkesempatan magang di PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) Palembang. Aku menghabiskan 2 bulan pertamaku disana sebelum akhirnya aku mendapatkan beasiswa ADP (Activist Development Program) dan memilih resign dari pekerjaanku sebagai staff pos bantuan hukum (posbakum). Selama mengikuti ADP, Aku tidak hanya belajar bahasa inggris (TOEFL) melainkan juga belajar tentang bagaimana dunia ini bekerja. Sebagai seorang ekstrovert, sulit sekali bagiku untuk menyembunyikan perasaan. Aku yang cenderung terbuka, jujur dan apaadanya

Aku dan LPDP

Halo semuanya. Tulisan ini sebenarnya sudah dirancang sejak 31 Agustus 2021, saat Aku resmi dinyatakan lolos seleksi wawancara LPDP. Tapi, saat itu aku belum memiliki LoA, jadi rasanya belum pantas untuk bercerita tentang bagaimana pengalamanku mendapatkan beasiswa ini.  Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah sebuah lembaga pengelola dana abadi untuk mendanai beasiswa yang berada di bawah pengawasan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Beasiswa ini meliputi : sumber : Buku Panduan Beasiswa LPDP Hari ini aku memutuskan untuk bercerita dari A-Z. Anggap saja sebagai rasa syukurku karena telah mendapatkan LoA resmi dari salah satu kampus impian. Dalam seleksi beasiswa LPDP, aku memilih UI, UNPAD dan UNILA untuk dijadikan sebagai  kampus tujuan karena letaknya paling dekat dengan Sumatera Selatan dan masih sangat mungkin untuk dijangkau. Tapi pada akhirnya UNPAD (Universitas Padjadjaran)lah yang menjadi pilihanku untuk menimba ilmu pada prog

WEEK 1- Depok's Life

Are you really exited to read this? Okay. I will start to tell you how about Depok's life. Kehidupan Depok seyogyanya tidak jauh berbeda dengan kehidupan di kotaku (tanah sumatera). Apakah aku terlihat seperti orang yang sedang membedakan sumatera dan jawa? Hayolah, aku tidak se-rasis itu. Aku memang sangat mencintai kota kelahiranku, tapi aku juga sangat suka berkelana. Aku selalu belajar mengambil ibroh dari setiap perjalananku. Hanya saja aku terlalu jujur, terlalu ekstrovert, terlalu apaadanya. Aku sulit sekali berbohong dan sulit sekali untuk tidak menepati janji. Aku adalah perempuan dengan tekad dan prinsip seperti laki-laki. Aku merasa bahwa penting untuk berkomitmen dengan setiap narasi yang kukatakan. Maka dari itu, seringkali penilaianku terhadap sesuatu bisajadi sangat menyakitkan, terlebih lagi aku sangat mudah menyimpulkan dan memutuskan. Termasuk memutuskan untuk mengikuti program ini. Entah apa yang kucari di kota ini, apakah hanya ingin sekedar singgah