Langsung ke konten utama

Komitmen? Why not!

Di usia 20 tahun-an, kata komitmen sepertinya telah menjadi sebuah requirement bagi siapa saja yang ingin menjadi bagian dari sesuatu. Misal, ingin menjadi anggota dari sebuah organisasi, tentu dipersyaratannya tertulis "siap berkomitmen dan berkontribusi untuk organisasi" atau ingin mendapatkan pekerjaan/beasiswa, tentu salah satu poin  persyaratannya adalah "siap berkomitmen".

Lantas, apa itu komitmen? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti komitmen adalah perjanjian atau suatu hubungan keterikatan dalam melakukan suatu hal. Berdasarkan arti dalam kamus tersebut, arti komitmen berkaitan erat dengan tanggung jawab. Well, sudah siapkah kita untuk bertanggung jawab?

Ada beberapa tingkatan komitmen yang layak untuk kita pahami.
1. LEVEL PERTAMA : Komitmen pada diri sendiri
Komitmen ini sangatlah penting karena jika seseorang gagal berkomitmen pada dirinya sendiri maka otomatis ia cenderung gagal pada tingkatan komitmen selanjutnya. Lalu, apasaja bentuk komitmen pada diri sendiri? Mari kita urai bersama.
1. Komitmen untuk Mengupgrade Diri
2. Komitmen untuk Menjaga Diri
3. Komitmen untuk Menerima dan Mencintai Diri sendiri (self-love, self-acceptance).

Well, gimana sih caranya kita untuk mengupgrade diri? Kalian tentu pernah dengar nasihat bijak ini bukan?
"Jadilah ikan yang bisa berenang hingga kedasar laut dan jadilah burung yang bisa terbang setinggi langit". Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih medan perang. Bahasa lainnya adalah menekuni satu bidang/passion. Loh gimana kalo semisal bidang yang ditekuni banyak? Ya bisa-bisa aja sih. tapi hasilnya gak akan maksimal. Kalian bisa lihat diriku. Aku seorang sarjana hukum yang suka sekali kegiatan sosial dan pendidikan, aku juga menekuni dunia entrepreneur, dunia politik, dan aku masih mau lanjut kuliah. Kira-kira apakah aku sudah berada dipuncak? Jawabannya tentu tidak. Aku bahkan belum memulai apapun. 
Jadi hal pertama yang harus aku lakukan adalah komitmen mengupgrade diri pada satu bidang tertentu yang memang aku sukai dan akan menjadi bagian dari hidupku secara permanen. Meskipun begitu, menekuni semuanya bukanlah suatu hal yang mustahil, hanya saja perlu energi lebih untuk melakukannya.

Yang kedua adalah, komitmen menjaga diri. Komitmen ini lebih kepada kesehatan fikriyah (pikiran), kesehatan jasmani (fisik), dan kesehatan rukhiyah (amalan ibadah). Well, alhamdulillah sejauh ini aku masih berusaha menjaga pikiran agar tetap sehat dan berkualitas, seminggu sekali juga rutin olahraga dan insyaallah amalan ibadah wajib dan sunnah tertunaikan.

Dan yang ketiga adalah Komitmen dalam Menerima dan Mencintai Diri sendiri. Kalo mau dibilang, aku adalah orang yang paling tau titik kelebihan dan titik kekurangan didalam diriku sendiri. Mengenal diri sendiri membuat kita lebih mudah dalam proses menerima dan mencintai diri kita sendiri. Dan komitmen inilah yang membuatku lebih bersabar terhadap kejutan-kejutan dari Allah dan membuatku bersyukur dengan ketetapan yang Allah berikan saat ini. 

2. LEVEL KEDUA : Komitmen terhadap orang lain
Komitmen ini justu sangatlah penting. Karena ketika seseorang berhasil berkomitmen dengan orang lain, maka ia tentu adalah orang yang telah berhasil melewati level pertama pada tingkatan komitmen.
Lantas, apasaja yang termasuk bentuk komitmen terhadap orang lain?
1. Komitmen terhadap Orangtua
2. Komitmen terhadap Pasangan
3. Komitmen terhadap Sahabat/Kolega/Keluarga Besar dll.

Jika kita belum menikah, sudah sepatutnya untuk berkomitmen pada orangtua. Komitmennya sederhana saja, yakni bertanggungjawab terhadap kebutuhan kedua orang tua. Seperti yang kualami, akhir-akhir ini kedua orang tuaku telah menginjak usia lanjut dan mulai sakit-sakitan. Kondisi yang seperti ini membuat kita harus siap untuk berkontribusi baik dari segi materil maupun immateril.
Yang kedua adalah komitmen terhadap pasangan. Pasangan yang dimaksud adalah suami/istri kita. diluar itu, tidak termasuk hitungan dan bukan tanggung jawab kita. Oleh karena itu yang menjadi fokus adalah komitmen hubungan antar sepasang suami-istri yang sah. Jadi kalo semisal "aku tu mau banget komitmen sama dia, tapi nikahnya 2 tahun lagi" Huwaa antum kira kreditan? Untuk kasus 2 insan yang saling mencintai dan gakbisa menahan kebersamaan, maka sarannya cuma satu. Ya Menikah. 
Dan yang terakhir adalah komitmen terhadap sahabat/kolega/keluarga besar/tetangga/rekan kerja/rekan organisasi dll. itu tentu memiliki batasan dan proporsinya masing-masing.

3. LEVEL KETIGA : Komitmen terhadap Dakwah
Apa tujuan Allah menciptakan manusia? Tujuannya adalah menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.
Kalian juga tentu pernah mendengar kalimat "Kita semua adalah pendakwah" dalam sebuah majelis.
Maka komitmen dakwah ini seharusnya sudah ada dan tertanam pada diri kita sejak dilahirkan ke dunia ini. Komitmen dakwah tentu bukanlah perihal mudah bagi kebanyakan manusia, namun bukan hal yang tidak mungkin untuk mengembannya. Orang yang berhasil berkomitmen dijalan dakwah adalah orang yang insyaallah berhasil melewati level pertama dan level kedua pada jenjang komitmen.
Yok, tunggu apalagi. rapikan barisan.
Komitmen? Why not!.
(nov)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2019 : Perjuangan Raih Gelar Sarjana!

Setelah berhasil melalui ujian kehidupan sepanjang akhir tahun 2017 hingga pertengahan tahun 2018, Akupun kembali mengurus semua urusanku sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Akupun kembali mendaftarkan diri sebagai Mahasiswi aktif semester 7 di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Saat melakukan pendaftaran ulang, aku hanya bisa mengambil mata kuliah PLKH (Pendidikan Latihan Kemahiran Hukum) yang terdiri dari 10 sks. Hal ini dikarenakan pada semester 6, aku telah mengambil matakuliah dengan bobot sebanyak 136 sks. Berdasarkan ketentuan kurikulum Fakultas, setiap mahasiswa harus memenuhi syarat studi 152 sks untuk lulus, sementara diriku sudah melampaui bahkan lebih 2 sks apabila 136 sks+ 10 sks PLKH + 4 sks KKL + 4 sks Srkripsi, maka totalnya menjadi 154 sks.  Pada semester 7, rutinitasku lebih teratur dan tidak semua kesempatan kuambil saat itu . Aku belajar menjalani hidup dengan lebih hati-hati. Selain PLKH, akupun menyempatkan diri untuk mengikuti kelas TOEFL Pre...

Episode Penting Yang Tak pernah Kurencanakan

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun berganti tahun merangkai satuan waktu yang membentuk episode baru. Jika sebelumnya ada banyak episode yang kurencanakan, maka kali ini aku menemukan Episode Penting Yang Tak Pernah Kurencanakan. Saking pentingnya, episode inilah yang mampu menghantarkanku pada cita-cita dan tujuanku di dunia yang serba sementara ini dan di akhirat yang sangat kekal, InsyaAllah. Episode itu adalah Dodo. (Februari 2020) Nama yang tidak pernah kalian dengar setiap aku menceritakan kisah asmaraku. Namun nama ini tidak pernah absen ketika aku menceritakan kisah persahabatanku. Bukankah Narasi yang kubangun tentang Dodo teramat baik? Bukankah kubilang bahwa Dodo adalah orang pertama yang kutemui dan kumintai pertolongan setibanya di tanah Jawa saat hendak melanjutkan studi strata-2 di kota kembang itu? Bukankah aku bilang bahwa persahabatanku dan Dodo sudah pada level sebasengan. Yang art...

Spesialnya Bulan Romadhon : Nikmat Beribadah Bersama Keluarga

Bulan Romadhon adalah salah satu nama bulan dalam perkalenderan hijriah. Jadi, aku akan menjelaskan terlebih dahulu terkait perkalenderan hijriah dan perkalenderan masehi. 📌Pada perkalenderan hijriah tahun ini adalah yang ke 1441 H. Sedangkan perkalenderan masehi, tahun ini adalah yang ke 2020. Maka, jika dihitung selisihnya adalah sekitar = 2020-1441= 579 tahun. Mari kita baca penjelasannya. Kalender Masehi disebut juga sebagai kalender matahari atau kalender syamsiah. Perhitungan hari berdasarkan kalender matahari ini ditetapkan dan mulai diberlakukan oleh penguasa kerajaan Romawi pada tahun 47 bernama Julius Caesar. Kalender masehi dihitung berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Satu tahun dalam kalender masehi adalah lamanya bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari 5 jam, 48 menit, 44 detik atau setara dengan 365 ¼ hari. Oleh karena itu setiap 4 tahun sekali dalam satu tahun ada 366 hari dan disebut sebagai tahun kabisat, yang berbeda hanyalah pada bulan ...