Langsung ke konten utama

Aku dan Riwayat Penyakitku

Sebagai  manusia biasa, ada kalanya kita terkena penyakit ataupun musibah yang menyerang daya tubuh. Begitupula dengan diriku, sejak usia balita aku pernah mengalami penyakit step. Step adalah kejang demam yang juga berpotensi menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. (Aku menganggap peristiwa ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT, pasalnya aku berhasil melewati masa kritis pertamaku). 

Setelah kejadian itu, aku jarang sekali sakit. Aku bahkan tumbuh menjadi anak yang sehat dengan postur tubuh yang gemuk gempal dan menggemaskan. 

Namun, ketika kelas 3 SD, aku kembali mengalami step. Penyakit itu ternyata muncul lagi. Nyaris 1 bulan aku libur sekolah. Aku yang sulit sekali mengkonsumsi obat, harus menggunakan pisang sebagai penawarnya. Pisang putri adalah favoritku dan jika ibu tidak membelikannya maka aku menolak untuk makan obat. Aku memang sangat keras kepala. Aku bahkan rela mati jika tidak ada pisang (saat itu). Jika diingat-ingat betapa konyolnya diriku.



Setelah itu, aku kembali sehat namun aku kehilangan bobot badanku. Aku yang awalnya sangat gendut berubah menjadi sangat kurus. Aku juga terlihat seperti mayat hidup. Namun dengan ketelatenan ibuku, kelas 4 SD tubuhku kembali berisi, kelas 5 dan kelas 6 makin sedikit cantik dan lentik. Hahahaha

Sepanjang SMP alhamdulillah aku tidak pernah mengalami penyakit yang parah. Jikapun ada, itu hanya demam, flu dan batuk biasa.

Namun masa SMA menjadi warna tersendiri dalam riwayat penyakitku. Untuk pertamakalinya aku pinsan dan kemudian berkali kali pinsan. Sesak nafas, kesurupan bahkan pernah kecelakaan yang menyebabkan kepalaku berdarah parah. Untuk pertamakalinya juga aku menjadi pasien yang harus di rawat di Rumah Sakit. Rasanya sesak sekali, dimalam hari aku selalu mengigau. Nafasku pendek, dan aku pernah kehilangan kesadaran dalam beberapa jam. 
Saat itu aku takut, takut sekali. Aku masih punya banyak cita namun ragaku lemah. Ambisiku menghancurkan tubuhku perlahan.

Ketika kuliah, aku juga jarang sekali sakit. Bahkan orang menganggapku seperti wonderwoman yang fullpower.
Sayang seribu sayang, wonderwoman itu harus tumbang di semester 5. Tragedi Kecelakaan itu merenggut harapnya. Kaki dan tangannya patah. Sedih sekali jika mengingat moment itu.
Yang awalnya Aku bisa melakukan semua hal dengan kaki dan tanganku sendiri, namun kecelakaan itu membuatku lemah bukan main. Bahkan hanya untuk sekedar membuka tutup botol, mengancing pakaian, mengupas jerukpun aku tak mampu. Aku benar benar membutuhkan orang lain untuk membantuku.

Tragedi kecelakaan itu terjadi tepat pada hari ulang tahunku yang ke 20, yaa 15 November 2017. Jadi tidak mungkin aku melupakan kejadian yang menguras air mata itu. Setelah itu, aku lebih berhati hati dalam berkendara.

Tahun 2018 aku sembuh total, aku merasa hidup kembali. Aku menjalani kehidupan jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku menjadi karakter yang lebih baik dan tidak terlalu berambisi mengejar dunia. Di tahun inilah aku pertamakalinya merasa sangat dekat dengan Al-Qur'an dan selalu ingin membacanya.

Tahun 2019, 2020 kulewati dengan baik. Aku tidak sakit. Aku justru merasa bahwa aku melewati banyak fase berat dalam hidupku. Tubuhku memang baik-baik saja, tapi tidak dengan jiwa dan pikiranku. Kerapkali aku sakit dan memendam semuanya. Aku bahkan sulit sekali menangis dihadapan orang lain. Kegagalanku kutelan bulat-bulat tanpa tersisa sedikitpun.

Tahun 2021 aku mulai merasakan sakit kembali. Ada benjolan tumbuh dibagian sensitive tubuhku. Aku harus menjalani operasi hemoroid. Untuk pertamakalinya aku masuk ke ruang bedah. Operasi yang cukup menyiksa tubuhku. Namun alhamdulillah aku pulih lebih cepat dari perhitungan dokter.

Setelah itu, aku mulai menjaga pola makanku dan menerapkan hidup lebih baik. Namun semuanya tidak bertahan lama setelah aku memutuskan untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP, PKPA dan UPA, serta tes CPNS yang benar benar membuat hidupku menjadi tidak teratur. Aku juga disibukkan dengan rumbelku dan beberapa project sosial yang ternyata hanya sebagai pemuas hasratku untuk membuktikan pada dunia bahwa menjadi baik itu tidak cukup;kita harus berkomitmen dalam kebaikan itu.

Kemudian akupun ternyata tidak seberkomitmen itu, apalagi setelah diriku divonis mengidap penyakit yang cukup serius. Aku justru lebih banyak disibukkan dengan diri sendiri. Tahun 2022 aku kembali melanjutkan studi di tanah rantau, benar-benar merantau ceritanya. Namun, sejak awal aku tiba di Bandung, aku sudah diserang penyakit. Aku mengalami abses di bagian sensitif tubuhku. Berbulan-bulan cukup menyiksa. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengoperasinya bersama dengan operasi byopsi bedah leher yang aku jalani. 

Operasi kali ini membuatku parnoan pasalnya aku sendirian tanpa ditemani keluarga. Untungnya aku memiliki temanteman yang mau membantu.
Mulai dari Nadya yang menemaniku saat operasi hingga repot mengurus banyak hal. Terimakasih yaa Nad, happy banget pas tau Nad keterima kerja dari hasil interviewnya yang dilakukan di RS saat aku menjalani operasi bedah. Saat itu aku mendoakan yang terbaik untuk Nad. Selamat dan sukses selalu nad❤️

Aku juga merasa beruntung karena punya tetangga (Bu Imas dan Yunita) yang membantuku saat tubuhku sedang drop dan tidak bisa apa-apa. Terimakasih juga sudah membantuku memasak❤️
(masakan bu imas dan yunita)

Aku juga kembali beruntung karena dianugerahi teteh rasa ayuk. Namanya Teh Milda, meski sering sekali mengkritik diriku, teh Milda amatlah peduli dan aku sangat menyayanginya❤️
Lagi lagi, Aku kembali beruntung. Ditengah sakitku, aku mendapatkan kelompok halaqohku. Aku dikaruniai temant-teman shaliha yang masyaallah.
(Saat mereka berkunjung, ibadah pada Allah yang utama)

Mereka juga memberikanku banyak sekali buah sampai penuh isi kulkasku hehe.. terimakasih yaa shalihaah..
Ketika mereka hadir aku merasakan energi positif itu dan membuat aku merasa kembali benar-benar hidup. Terimakasih yaa❤️
Masyaallah, tidak hanya itu.. lagi lagi aku kembali beruntung. Aku juga dikunjungi oleh teteh satu jurusanku. Namanya Teh Hartina, beliau juga memberiku 2 buku yang sangat berguna. Terimakasih teteh❤️

Masyaallah, terimakasih banyak yaa sudah menemani masa kritisku ditanah rantau yaa teteh-teteh.
Mohon doakan semoga aku segera pulih, hidup lebih lama dan hidup lebih bahagia.
Aamiin allahuma aamiin.
Bismillah, Allah tidak pernah menguji hambahNya diluar kemampuannya dan disetiap kesulitan selalu ada kemudahan. Itulah janji Allah.
Terimakasih yaAllah, hambah ridho dengan segala ketetapanmu❤️



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikah! (Episode Baru Tiap Hari)

Gak nyangka menikah itu seluar biasa iniiii~ Yuk simak ceritaku.. Well, aku baru banget nikah sama Mamas itu 5 Februari 2023, kalo dihitung-hitung yaa belum ada sebulan. Tapi percaya atau enggak, menikah itu memuat episode baru tiap hari. Kenapa aku bilang begitu? Yaa karena tiap hari aku menemukan hal-hal baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. 1. Menetap di tanah Rantau Sebagai orang yang lahir dan berkembang di Pulau Sumatera, jauh dari rumah adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Novi dan Mamas tentunya sangat nyaman tinggal di Palembang. Selain dekat dengan orangtua, kami punya circle dan jejaring yang baik di kota pempek itu. Terlebih kami berdua memang suka sekali makan makanan palembang seperti pempek, kemplang, tekwan, model, dan sebagainya yang tidak kami temui di tanah rantau. Maksudnya, kualitas makanan dan harganya yang tidak sama hehehe. Tidak hanya tentang makanan, menetap di tanah rantau adalah pilihan yang terbilang tidak m

Bandung's Life

14 Agustus 2022 adalah hari dimana aku meninggalkan kota Palembang. Kota yang dipenuhi oleh orang-orang terkasih. Kepergiaanku kali ini memang akan cukup lama karena tujuannya untuk melanjutkan studi di Kota Bandung, tepatnya di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Tepat pukul 09.00 WIB, Ibu dan kakak perempuanku mengantarkanku ke Bandara.  Ayah memang sengaja tidak ikut karena kondisi kesehatannya saat itu tidak terlalu baik. Lagipula ini bukan kepergianku yang pertama.  Namun takbisa kupungkiri bahwa ini adalah kepergianku yang terlama. Jika selama ini aku hanya pergi paling lama selama 40 hari, namun kali ini sepertinya aku akan menghabiskan ratusan hari di tanah rantau. Setibanya di Jakarta, aku sempat bertemu Dodo, teman sepermainanku pasca kampus. Dodo yang bekerja di daerah Tanggerang menyempatkan diri untuk bertemu denganku di Bandara Soetta. Kami menghabiskan waktu bersama hanya untuk sekedar sholat, makan dan mengobrol. Dodo juga me