Langsung ke konten utama

Nasihat untuk diri sendiri

Seperti kata para orang bijak, memberi nasihat lebih mudah dibanding menerima nasihat. Mengapa demikian? Karena ungkapan "memberi nasihat" itu artinya "masalah" tidak ada pada dirinya. Ia bahkan mencoba memberi solusi pada masalah yang belum pernah ia hadapi. Biasanya nasihatnya standar, "Kamu yang sabar"; "Kamu yang ikhlas"; dan nasihat saran lainnya yang meneduhkan namun terkadang sulit diterima oleh si penerima nasihat. Wajar saja sulit, menerima nasihat saat dalam keadaan sakit, sukar, susah, memang membuat pedih relung hati.

Tapi dibanding menyalahkan orang lain yang berusaha berbuat baik, mengapa tidak dicoba dari diri sendiri. Ya, memberi nasihat untuk diri sendiri.

Lalu bagaimana caranya?
Caranya tidak sulit, namun juga tidak mudah.
Lakukan ini dalam keadaan sadar dan penuh harapan.
Pertama, tarik nafas yang dalam. Lalu hembuskan. Lakukan berkali kali hingga merasa cukup tenang.
Kemudian, berterimakasihlah pada diri sendiri. Hal ini memang jarang sekali aku lakukan. Bahkan beberapa orang menganggapku I am too hard for myself.
Jadi aku ingin berubah, aku ingin mengapresiasi setiap hal-hal yang aku lakukan. Aku selalu ingin mengucapkan "Terimakasih Novia, kamu sudah berjuang sejauh ini. Terimakasih Novia, Terimakasih"
Setelah itu, pejamkan mata dan bilang ke diri sendiri "Gapapa Nov, semua yang hari ini terjadi itu ujian sebagai tanda sayangnya Allah SWT. Gapapa sakit; gapapa rehat dulu; gapapa belum bisa kayak kemaren kemaren; gapapa nov. Seriusan gapapa. Sekarang fokus ketiga hal aja ya, jasadiyah, fikriyah, dan rukhiyah"
Semangat Novi!
I love you!
I love you more and more.
I really love you, don't be sad just only you feel lonely.
Sure, Allah love you too.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Riwayat Penyakitku

Sebagai  manusia biasa, ada kalanya kita terkena penyakit ataupun musibah yang menyerang daya tubuh. Begitupula dengan diriku, sejak usia balita aku pernah mengalami penyakit step. Step adalah kejang demam yang juga berpotensi menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. (Aku menganggap peristiwa ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT, pasalnya aku berhasil melewati masa kritis pertamaku).  Setelah kejadian itu, aku jarang sekali sakit. Aku bahkan tumbuh menjadi anak yang sehat dengan postur tubuh yang gemuk gempal dan menggemaskan.  Namun, ketika kelas 3 SD, aku kembali mengalami step. Penyakit itu ternyata muncul lagi. Nyaris 1 bulan aku libur sekolah. Aku yang sulit sekali mengkonsumsi obat, harus menggunakan pisang sebagai penawarnya. Pisang putri adalah favoritku dan jika ibu tidak membelikannya maka aku menolak untuk makan obat. Aku memang sangat keras kepala. Aku bahkan rela mati jika tidak ada pisang (saat itu). Jika diingat-ingat betapa konyolnya diriku. Setelah i

Menikah! (Episode Baru Tiap Hari)

Gak nyangka menikah itu seluar biasa iniiii~ Yuk simak ceritaku.. Well, aku baru banget nikah sama Mamas itu 5 Februari 2023, kalo dihitung-hitung yaa belum ada sebulan. Tapi percaya atau enggak, menikah itu memuat episode baru tiap hari. Kenapa aku bilang begitu? Yaa karena tiap hari aku menemukan hal-hal baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. 1. Menetap di tanah Rantau Sebagai orang yang lahir dan berkembang di Pulau Sumatera, jauh dari rumah adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Novi dan Mamas tentunya sangat nyaman tinggal di Palembang. Selain dekat dengan orangtua, kami punya circle dan jejaring yang baik di kota pempek itu. Terlebih kami berdua memang suka sekali makan makanan palembang seperti pempek, kemplang, tekwan, model, dan sebagainya yang tidak kami temui di tanah rantau. Maksudnya, kualitas makanan dan harganya yang tidak sama hehehe. Tidak hanya tentang makanan, menetap di tanah rantau adalah pilihan yang terbilang tidak m

Bandung's Life

14 Agustus 2022 adalah hari dimana aku meninggalkan kota Palembang. Kota yang dipenuhi oleh orang-orang terkasih. Kepergiaanku kali ini memang akan cukup lama karena tujuannya untuk melanjutkan studi di Kota Bandung, tepatnya di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Tepat pukul 09.00 WIB, Ibu dan kakak perempuanku mengantarkanku ke Bandara.  Ayah memang sengaja tidak ikut karena kondisi kesehatannya saat itu tidak terlalu baik. Lagipula ini bukan kepergianku yang pertama.  Namun takbisa kupungkiri bahwa ini adalah kepergianku yang terlama. Jika selama ini aku hanya pergi paling lama selama 40 hari, namun kali ini sepertinya aku akan menghabiskan ratusan hari di tanah rantau. Setibanya di Jakarta, aku sempat bertemu Dodo, teman sepermainanku pasca kampus. Dodo yang bekerja di daerah Tanggerang menyempatkan diri untuk bertemu denganku di Bandara Soetta. Kami menghabiskan waktu bersama hanya untuk sekedar sholat, makan dan mengobrol. Dodo juga me