"Sederhana dan Hangat", beginilah aku dan keluargaku.
Aku adalah anak bungsu dari 4 Bersaudara. Kami dilahirkan dari rahim seorang wanita yang luar biasa.
Namanya, Masmina. Kami akrab memanggilnya dengan sebutan "Ibu". Ibu adalah seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga bagi kami. Ia berkerja sebagai Pegawai Swasta disalah satu Yayasan Pendidikan di kota Palembang. Namun, meskipun disibukkan dengan rutinitas kantor yang melelahkan. Ibu selalu ada waktu untuk kami. Itulah mengapa aku sering menyebutnya My Supermom, sangat multytalent.
Ibu menikah dengan Ayah pada tahun 1988. Nama ayahku adalah Syukri, ia sosok yang hebat menurutku meskipun ada sebuah kisah kelam yang menghampiri hidupnya, tapi ia tetap Ayahku. Sosok yang berani, bertanggung jawab dan juga humoris.
Dari hasil pernikahan yang insyaallah di rahmati Allah SWT itu, Lahirlah 4 anak perempuan dengan 4 karakter yang berbeda.
Akan kukenalkan satu persatu saudaraku dan deskripsi sekilas tentang mereka.
Yang pertama, Susanti.
Sebagai anak pertama sekaligus kakak bagi adik adiknya, sesungguhnya ia telah berusaha seideal mungkin memenuhi kewajiban dan perannya sebagai seorang "kakak". Hanya saja di usia mudanya, ia harus mengalami penyakit komplikasi dan tumor jinak dibagian tenggorokannya, hal itulah yang membuat perhatian keluarga kami terpusat padanya dan sedikit mengenyampingkan yang lainnya.
Ia adalah sosok yang kuat, karena selama bertahun tahun melawan penyakitnya. Keadaan yang demikianlah, yang membuatnya tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pasca lulus dari SMK padahal ia adalah salah satu siswi tercerdas disekolahnya kala itu. Sesuai dengan program yang ia ambil ketika SMK, yaitu tataboga. Bagiku, ia sangat mahir memasak dan telaten dalam membuat berbagai jenis masakan.
Beruntungnya, lambat laun penyakitnya pun berguguran dan ia bisa kembali sehat meskipun tumor jinak ditenggorokkannya tetap hidup. Iapun hidup dengan tabah dan pada tahun 2012, kakak perempuan yang kusapa "Yuk Santi" ini telah menikah dan memulai kehidupan barunya bersama keluarga kecilnya.
Yang kedua, Dwi Wahyuni.
Tak bisa kupungkiri, bahwa aku sangat mengagumi kakak perempuanku yang satu ini. Ada sebuah aura kepemimpian yang luar biasa dalam dirinya. Selain pintar, rajin dan solehah, ia adalah permata dalam keluarga kami. Ia sosok yang paling mendamaikan karena kedewasaannya. Ia tak pernah mengeluh meskipun kekecewaan sering menderanya. Itulah mengapa aku juluki ia sebagai "Si Putri Tangguh", yang benar benar tangguh. Moralitasnya yang baik membuat kedua orang tua kami kerapkali kagum dalam diam, aku diam-diam mengamati.
Kini, ia sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Sriwijaya dan langsung diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sejak tahun 2015, iapun mengabdikan dirinya untuk mengajar di SMA Negeri 1 Surulangun, Muratara.
Meskipun kini, jarak seolah memisahkan kami, namun doa dan komunikasi terus terjalin. Begitulah cara kami mengekspresikan rasa rindu. Dan aku berharap, tahun 2018 adalah penantian terakhirnya untuk menemukan belahan hidupnya. Semoga Jodoh segera singgah dihati Yuk Ayu.
Yang ketiga, Wulandari.
Usiaku dan Yuk Wulan hanya terpaut 1 tahun, itulah yang membuat kami kerapkali bertengkar karena hal hal sepele. Beradu mulut dengannya seperti sudah menjadi rutinitas yang kerap kali kami rindukan ketika jarak memisahkan. Kami tidak dekat, namun juga begitu akrab jika salah satu diantara kami menjadi lemah. Kami bak saudara yang saling menguatkan dikala lemah.
Ia adalah sosok yang paling dekat dengan rumah, ia jarang berpergian dan lebih senang menghabiskan waktunya dirumah. Ia jugalah yang selalu menemani Ibu untuk mengemasi rumah dan membantu Ibu menyelesaikan beberapa kewajiban rumah tangga lainnya. Harus Kuakui, dedikasinya untuk keluarga ini sangat besar. Terlebih dalam hal keuangan, ketelatenannya dalam mengurus keuangan dan mengelola keuangan membuat Ayah dan Ibu tak perlu bersusah payah untuk memberinya uang jajan, kerap kali kebutuhan kuliahnya ia atasi sendiri. Ia senang sekali berniaga. Uang jajan yang diberi-pun kerap kali ia tabung. Entahlah, bagiku ia sosok yang hemat dan cermat.
Sama sepertiku, ia adalah seorang Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Hanya saja pembedanya adalah tingkat semester dan jurusan yang kami pilih. Ia mahasiswi tingkat akhir program Matematika FMIPA. Layaknya seorang fighter, ia selalu berusaha menyajikan hal terbaik untuk akademisnya meskipun dirasa cukup sulit untuk lulus dengan predikat cumlaude.
Dan yang terakhir adalah diriku, Novia Handayani.
Aku adalah adik bagi ketiga kakak perempuanku. Mereka akrab memanggilku dengan nama "dek Via".
Sedikit sulit untuk memberikan penilaian terhadap diri sendiri. Namun, takada salahnya untuk mencoba. Baiklah, aku memang sedikit berbeda dari saudara saudaraku. Aku adalah typical orang yang perfeksionis, aku berusaha menampilkan hal hal terbaik dari diriku. Hal itu, sudah dirasa sejak SD hingga kini. Meskipun begitu, banyak sekali kekurangan dalam diri ini yang tak pernah selesai jika diuraikan. Karena bagiku, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Aku sangat hobi membaca dan menulis, diwaktu SMA, tulisanku kerap kali dimuat dalam koran. Gelar sebagai seorang aktivis membuatku nyaman karena dengan begini aku selalu berusaha produktif dalam menjalankan hari-hariku. Terlebih, secara akademis akupun cukup baik. Jujur, aku adalah sosok visioner, yang terkadang lebih mengedepankan logika dibandingkan permainan perasaan yang sering kali dimainkan oleh perempuan pada umumnya.
Prestasi di dunia akademik dan non akademik juga dapat kuandalkan sebagai bekal dalam bermasyarakat dan berdakwah. Karena sejatinya, semua manusia adalah pendakwah.
Aku bersyukur karena bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan program studi Ilmu Hukum yang sangat aku idam idamkan sejak SMP.
Awalnya aku bercita-cita menjadi seorang Lawyer, namun cita cita itu berganti dikala perspektifku berkembang. Aku ingin menjadi seorang Pengajar sekaligus Konsultan Hukum. Aku mengerti menjadi orang penting memang baik, namun yang terpenting adalah menjadi orang baik. Semoga Allah mengizinkanku menjadi orang baik.
Mungkin begitulah deskripsi singkat tentangku dan keluargaku, Ohiya berikut aku lampirkan hari penting bagi kami, dengan harapan suatu saat, ketika usiaku tak muda lagi dan rentan lupa, aku tetap bisa membaca dan mengingatnya.
Namanya, Masmina. Kami akrab memanggilnya dengan sebutan "Ibu". Ibu adalah seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga bagi kami. Ia berkerja sebagai Pegawai Swasta disalah satu Yayasan Pendidikan di kota Palembang. Namun, meskipun disibukkan dengan rutinitas kantor yang melelahkan. Ibu selalu ada waktu untuk kami. Itulah mengapa aku sering menyebutnya My Supermom, sangat multytalent.
Ibu menikah dengan Ayah pada tahun 1988. Nama ayahku adalah Syukri, ia sosok yang hebat menurutku meskipun ada sebuah kisah kelam yang menghampiri hidupnya, tapi ia tetap Ayahku. Sosok yang berani, bertanggung jawab dan juga humoris.
Dari hasil pernikahan yang insyaallah di rahmati Allah SWT itu, Lahirlah 4 anak perempuan dengan 4 karakter yang berbeda.
Akan kukenalkan satu persatu saudaraku dan deskripsi sekilas tentang mereka.
Yang pertama, Susanti.
Sebagai anak pertama sekaligus kakak bagi adik adiknya, sesungguhnya ia telah berusaha seideal mungkin memenuhi kewajiban dan perannya sebagai seorang "kakak". Hanya saja di usia mudanya, ia harus mengalami penyakit komplikasi dan tumor jinak dibagian tenggorokannya, hal itulah yang membuat perhatian keluarga kami terpusat padanya dan sedikit mengenyampingkan yang lainnya.
Ia adalah sosok yang kuat, karena selama bertahun tahun melawan penyakitnya. Keadaan yang demikianlah, yang membuatnya tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pasca lulus dari SMK padahal ia adalah salah satu siswi tercerdas disekolahnya kala itu. Sesuai dengan program yang ia ambil ketika SMK, yaitu tataboga. Bagiku, ia sangat mahir memasak dan telaten dalam membuat berbagai jenis masakan.
Beruntungnya, lambat laun penyakitnya pun berguguran dan ia bisa kembali sehat meskipun tumor jinak ditenggorokkannya tetap hidup. Iapun hidup dengan tabah dan pada tahun 2012, kakak perempuan yang kusapa "Yuk Santi" ini telah menikah dan memulai kehidupan barunya bersama keluarga kecilnya.
Yang kedua, Dwi Wahyuni.
Tak bisa kupungkiri, bahwa aku sangat mengagumi kakak perempuanku yang satu ini. Ada sebuah aura kepemimpian yang luar biasa dalam dirinya. Selain pintar, rajin dan solehah, ia adalah permata dalam keluarga kami. Ia sosok yang paling mendamaikan karena kedewasaannya. Ia tak pernah mengeluh meskipun kekecewaan sering menderanya. Itulah mengapa aku juluki ia sebagai "Si Putri Tangguh", yang benar benar tangguh. Moralitasnya yang baik membuat kedua orang tua kami kerapkali kagum dalam diam, aku diam-diam mengamati.
Kini, ia sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Sriwijaya dan langsung diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sejak tahun 2015, iapun mengabdikan dirinya untuk mengajar di SMA Negeri 1 Surulangun, Muratara.
Meskipun kini, jarak seolah memisahkan kami, namun doa dan komunikasi terus terjalin. Begitulah cara kami mengekspresikan rasa rindu. Dan aku berharap, tahun 2018 adalah penantian terakhirnya untuk menemukan belahan hidupnya. Semoga Jodoh segera singgah dihati Yuk Ayu.
Yang ketiga, Wulandari.
Usiaku dan Yuk Wulan hanya terpaut 1 tahun, itulah yang membuat kami kerapkali bertengkar karena hal hal sepele. Beradu mulut dengannya seperti sudah menjadi rutinitas yang kerap kali kami rindukan ketika jarak memisahkan. Kami tidak dekat, namun juga begitu akrab jika salah satu diantara kami menjadi lemah. Kami bak saudara yang saling menguatkan dikala lemah.
Ia adalah sosok yang paling dekat dengan rumah, ia jarang berpergian dan lebih senang menghabiskan waktunya dirumah. Ia jugalah yang selalu menemani Ibu untuk mengemasi rumah dan membantu Ibu menyelesaikan beberapa kewajiban rumah tangga lainnya. Harus Kuakui, dedikasinya untuk keluarga ini sangat besar. Terlebih dalam hal keuangan, ketelatenannya dalam mengurus keuangan dan mengelola keuangan membuat Ayah dan Ibu tak perlu bersusah payah untuk memberinya uang jajan, kerap kali kebutuhan kuliahnya ia atasi sendiri. Ia senang sekali berniaga. Uang jajan yang diberi-pun kerap kali ia tabung. Entahlah, bagiku ia sosok yang hemat dan cermat.
Sama sepertiku, ia adalah seorang Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Hanya saja pembedanya adalah tingkat semester dan jurusan yang kami pilih. Ia mahasiswi tingkat akhir program Matematika FMIPA. Layaknya seorang fighter, ia selalu berusaha menyajikan hal terbaik untuk akademisnya meskipun dirasa cukup sulit untuk lulus dengan predikat cumlaude.
Dan yang terakhir adalah diriku, Novia Handayani.
Aku adalah adik bagi ketiga kakak perempuanku. Mereka akrab memanggilku dengan nama "dek Via".
Sedikit sulit untuk memberikan penilaian terhadap diri sendiri. Namun, takada salahnya untuk mencoba. Baiklah, aku memang sedikit berbeda dari saudara saudaraku. Aku adalah typical orang yang perfeksionis, aku berusaha menampilkan hal hal terbaik dari diriku. Hal itu, sudah dirasa sejak SD hingga kini. Meskipun begitu, banyak sekali kekurangan dalam diri ini yang tak pernah selesai jika diuraikan. Karena bagiku, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Aku sangat hobi membaca dan menulis, diwaktu SMA, tulisanku kerap kali dimuat dalam koran. Gelar sebagai seorang aktivis membuatku nyaman karena dengan begini aku selalu berusaha produktif dalam menjalankan hari-hariku. Terlebih, secara akademis akupun cukup baik. Jujur, aku adalah sosok visioner, yang terkadang lebih mengedepankan logika dibandingkan permainan perasaan yang sering kali dimainkan oleh perempuan pada umumnya.
Prestasi di dunia akademik dan non akademik juga dapat kuandalkan sebagai bekal dalam bermasyarakat dan berdakwah. Karena sejatinya, semua manusia adalah pendakwah.
Aku bersyukur karena bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan program studi Ilmu Hukum yang sangat aku idam idamkan sejak SMP.
Awalnya aku bercita-cita menjadi seorang Lawyer, namun cita cita itu berganti dikala perspektifku berkembang. Aku ingin menjadi seorang Pengajar sekaligus Konsultan Hukum. Aku mengerti menjadi orang penting memang baik, namun yang terpenting adalah menjadi orang baik. Semoga Allah mengizinkanku menjadi orang baik.
Mungkin begitulah deskripsi singkat tentangku dan keluargaku, Ohiya berikut aku lampirkan hari penting bagi kami, dengan harapan suatu saat, ketika usiaku tak muda lagi dan rentan lupa, aku tetap bisa membaca dan mengingatnya.
Komentar