Are you really exited to read this?
Okay. I will start to tell you how about Depok's life.
Kehidupan Depok seyogyanya tidak jauh berbeda dengan kehidupan di kotaku (tanah sumatera). Apakah aku terlihat seperti orang yang sedang membedakan sumatera dan jawa? Hayolah, aku tidak se-rasis itu. Aku memang sangat mencintai kota kelahiranku, tapi aku juga sangat suka berkelana. Aku selalu belajar mengambil ibroh dari setiap perjalananku. Hanya saja aku terlalu jujur, terlalu ekstrovert, terlalu apaadanya. Aku sulit sekali berbohong dan sulit sekali untuk tidak menepati janji. Aku adalah perempuan dengan tekad dan prinsip seperti laki-laki. Aku merasa bahwa penting untuk berkomitmen dengan setiap narasi yang kukatakan. Maka dari itu, seringkali penilaianku terhadap sesuatu bisajadi sangat menyakitkan, terlebih lagi aku sangat mudah menyimpulkan dan memutuskan. Termasuk memutuskan untuk mengikuti program ini.
Entah apa yang kucari di kota ini, apakah hanya ingin sekedar singgah atau justru ingin berada didalamnya? Entahlah. Aku masih memikirkannya. But, I am sure I have another plan actually.
H-2 minggu sebelum keberangkatan kami ke Depok, teman-teman mengajakku untuk ngekost di Boarding House yang sama. Entah mengapa saat itu aku masih ragu mengiyakan tawarannya. Awalnya aku mendefinisikan diriku adalah orang yang biasa saja, tapi ternyata aku begitu pemilih, aku begitu rumit dalam mempertimbangkan, aku sangat logic dalam memutuskan. Ketika aku melihat gambaran kostan yang ditawarkan, tidak muncul rasa kecenderungan itu. Aku justru ingin mencari-cari opsi yang lain. Aku menemukan 5 kostan yang cocok untukku di aplikasi mamikos, namun ketika aku bermain instagram, aku tidak sengaja menemukan kostan yang kini kutinggali. Bukankah konsep jodoh begitu ajaib? Aku tertarik dengan gambaran kost yang sangat minimalis (sejujurnya aku sangat suka konsep minimalis), aku hubungi contact personnya. Aku sampaikan niat baikku untuk menyewa.
Sesampainya di Depok, aku hanya tidak suka mendengar kata "lo, gue; lo, gue" tapi selebihnya masih bisa dimaklumi. Saat di Palembang, aku lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Namun, ketika disini aku lebih banyak menggunakan bahasa Palembang, entahlah, apa karena aku merasa lebih mudah mengumpat sesuatu tanpa harus orang lain mengerti atau aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku berasal dari kota Palembang.
Hari pertama mengikuti program secara offline, yaitu pada hari Senin tanggal 23 Mei 2022. Aku dan Kak Dika datang lebih awal karena kami tau jarak boaring house kami ke kampus cukup jauh (4 km) dan kami harus naik gocar menuju kampus karena belum mengetahui sarana transportasi apa yang harusnya kami naiki tentunya dengan pertimbangan budget dan keamanan.
Sesampainya di FIB UI, Aku dan Kak Dika langsung menuju aula tempat pembukaan acara berlangsung.
15 menit setelahnya, teman-teman yang lain menyusul. Dan kami lengkap berenam.
Yap, Ladies's class. Begitulah para Tutor menyebut kami. Dengan jumlah yang sedikit, ternyata kelas kami cukup ramai. Tanpa laki-laki, ternyata kelas kami cukup tangguh. Jika tidak tangguh maka kami tentu tidak akan lulus beasiswa LPDP. Bukankah LPDP memang mencari para pembelajar yang tangguh agar kelak bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik?
Well, Setelah selesai mengikuti agenda opening, kami diajak untuk mengikuti agenda Campus Tour.
Kali ini, kelas kami dipandu oleh Miss Eka. Miss Eka adalah Miss yang pertama kali aku simpan kontaknya. Saat Entry test, laptopku bermasalah. Aku nyaris tidak bisa ikut ujian. Beliau menelponku meski tidak terangkat. Beliau juga yang mengechatku, menanyai problem yang sedang kuhadapi. Beliau sangat ramah dan baik. Akhirnya kuputuskan untuk mengsave nomornya.
First impression yang sangat baik nyatanya tidak mempengaruhi penilaianku terhadap miss Eka yang kerapkali tiba-tiba memberikan tugas, sedikit memusingkan, dan yang paling aku notice adalah, Miss Eka mirip sekali dengan yuk Wulan (kakak kandungku). Ketika mengajar, mereka selalu ingin memberikan yang terbaik. Selalu berharap peserta didiknya mendapatkan ilmu baru meski harus extra time.
Tapi, meski begitu, pada kelas offline, Miss Eka jauh lebih menyenangkan dan lebih mengerti kondisi. Terimakasih miss.
Dan beginilah potret kami ketika agenda campus tour.
Kami mengelilingi FIB dan foto di depan jembatan penghubung FIB-FT UI.
Setelahnya, kami belajar seperti biasanya.
Kelas kami diajar oleh 4 Tutor yaitu Miss Eka, Miss Vera, Miss Daru dan Miss Retno. Semua tutor sangat professional dan keren.
Beginilah potret kami saat belajar didalam kelas. Gedung IV lantai 2 FIB UI.
Begitulah kegiatanku selama di UI. Belajar, Belajar, Ujian. Jalan-jalan, makan-makan dan menemukan makna tentang kehidupan. Intinya aku belajar banyak meski sebenarnya sangat lelah. Tapi mudah-mudahan lelah ini menjadi Lillah.
Meski di hari pertama kami menggunakan gocar dan goride sebagai transportasi pulang-pergi menuju kampus. Pada hari kedua kami sudah mulai bereksplorasi. Kami beranikan diri untuk naik angkot dan naik KRL yang secara harga jauh lebih bersahabat dan secara waktu jauh lebih cepat. Transportasi umum memang sangat membantu kami untuk terhindar dari kemacetan.
Maka setiap harinya, Aku dan Kak Dika menggunakan kartu KRL. Rute dari kostan (berjalan kaki keluar komplek, lalu naik angkot kuning kapling menuju stasiun depok baru, lalu naik KRL menuju stasiun UI).
Karena lokasi kostan yang cukup jauh, kami mendapatkan pengalaman perjalanan yang lebih banyak. Kami juga sering sekali berkunjung ke Mall. Entahlah, Depok memang terkenal dengan Mallnya.
Pict 1 : at ITC Mall.
Pict 3 : MargoCity Mall
Sebetulnya kami berdua bukanlah anak Mall. Kami pikir pergi ke Mall hanya sebagai ajang untuk mengetahui lokasinya dan mengetahui apasaja yang ada didalamnya, sesekali kami juga berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain pergi ke Mall, pengalaman tak terlupakan juga ketika kami mencoba menaiki Bus Kuning (Bikun).
Dan setiap harinya kami tidak lupa makan bersama di Kantin FIB UI. Dan kami lanjutkan dengan agenda sholat dzuhur di musolah FIB. Lalu baru kembali ke kelas dan belajar kembali.
Jika kalian mengiraku sedang berlibur, tentu opini kalian tidak tepat. Jika postinganku hanya seputar jalan-jalan, maka aku memang begitu. Lagipula aku ingin menjadi diriku sendiri. Aku selalu belajar dengan santai. Dan menjadi sangat tidak santai ketika deadine.
Begitulah satu minggu pertamaku disini.
Aku menemukan banyak hal baru.
Aku menyukai semua makanannya.
Aku bahkan berani menyimpulkan bahwa semua makanan yang di jual di Depok pasti enak karena jika tidak enak, penjualnya pasti tidak jualan lagi.
Selain makanan yang enak, kostan yang sangat nyaman juga membuatku lebih menikmati dan jauh dari kondisi homesick. Kostan ini sangat mendamaikan. Aku bisa melakukan banyak hal disini. Mulai dari belajar hingga menghibur diri sendiri.
Komentar