Pada hari Ahad (23/1) Aku membuat sebuah postingan "mencari tanaman Kecubung" di akun pribadi instagramku.
Sebelum membuat postingan ini, kami sebetulnya sudah ikhtiar mencari tanaman kecubung ke beberapa tempat di daerah Palembang namun ternyata hasinya nihil.
Bahkan sebelumnya, mba Dewi telah mengirimkan pesan padaku, hanya saja belum sempat terbaca. Dan Masyaallah begitulah cara Allah menggerakkan hati manusia, ketika chatnya belum terbaca, mba Dewi langsung berinisiatif menelponku dan alhamdulillah dering telpon berhasil menghubungkan kami. Mba Dewi memberi kabar baik tentang keberadaan tanaman Kecubung. Tanaman ini sebetulnya adalah tanaman liar yang tumbuh di daerah tropis. Selain liar, tanaman kecubung dikenal sebagai tanaman yang cukup beracun karena berpotensi membuat kegilaan bahkan kematian bagi orang yang mengkonsumsinya. Namun, pada abad kesepuluh, tanaman kecubung sempat dijadikan sebagai ramuan obat tradisional di Mesir. Kini, tanaman kecubung terbilang langkah dan hanya bisa ditemukan dibeberapa daerah pedesaan saja. Dan Alhamdulillah tanaman kecubung ternyata tumbuh dan hidup di desa Tanjung Pinang, kabupaten Ogan Ilir.
Setelah itu, aku dan mba Dewi langsung menyepakati agenda pertemuan di hari Senin (24/1) pukul 14.30 WIB di MEFI (Menara Fitrah), sebuah sekolah yang dibangun dan diisi oleh orang-orang luar biasa. Salah satu pengajarnya adalah Mba Dewi Taradipa. Sosok yang sangat kontributif sejak di kampus dulu. Dan aku merasa sangat beruntung karena mengenalnya di sebuah organisasi eksekutif universitas dan terus bersahabat sampai saat ini. Jujur saja, aku tidak pernah menganggap kating sebagai kating karena jika aku menganggapnya sebagai kating itu artinya aku sedang membangun sekat, sedangkan aku selalu ingin terhubung tanpa sekat, sederhananya aku menginginkan hubungan yang akrab dan dekat.
Pada hari senin (24/1), pukul 09.00 WIB, setelah mengkondisikan rumah belajarku dan mengobrol dengan salah satu wali dari member RBH yang hendak daftar ulang, aku memutuskan untuk langsung mengendarai motor menuju indralaya. Poin penting dalam bisnis adalah hubungan dan kepercayaan. 2 hal itulah yang selalu aku bangun di rumbel dan yang selalu kujadikan pegangan saat berinteraksi dengan orang-orang.
Sesampainya di Kampus UNSRI Indralaya, aku selalu saja berlabuh di musolah rektorat. Bagiku, musolah rektorat adalah tempat ternyaman untuk membersihkan diri dari debu dan melaksanakan ibadah sunnah. Setelah selesai beristirahat, Aku melanjutkan misi menuju fakultas hukum untuk mencari referensi bacaan. Karena letak rektorat dan FH sangat dekat, maka kuputuskan untuk jalan kaki dan membiarkan motorku terparkir di parkiran rektorat. Sesampainya di FH, aku melihat suasana kampus yang tetap sepi, namun masih ada beberapa aktivitas bimbingan yang dilakukan. Karena tak mengenal banyak orang, aku melenggang ke lantai 2 tanpa hambatan. Aku menuju Perpustakaan FH, disana aku bertemu dengan sang ayuk penjaga perpus, tidak disangka dia masih mengenaliku. Sebetulnya untuk bisa masuk perpus dibutuhkan kartu perpus atau setidak tidaknya KTM sebagai tanda mahasiswa. Tapi untungnya karena staff pegawai perpus mengenaliku sebagai alumni FH, maka aku diperbolehkan untuk mencari referensi bacaan.
Aku menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam perpustakaan. Aku menemukan 4
buku dan 1 tesis yang sesuai dengan kebutuhanku. Pukul 11.45 WIB, perpustakaan tutup sementara karena istirahat dan aku pun memutuskan bergegas menuju gazebo fakultas untuk melanjutkan aktivitasku. Sesampainya di gazebo aku melihat kajur baru jurusan kami. Aku menyapanya dan tak disangka bapaknya pun mengenaliku. Padahal aku bukanlah mahasiswi populer di Fakultas. Kami berbincang tentang beberapa hal sebelum akhirnya aku memutuskan untuk sholat dzuhur di musolah FH yang sudah sangat bagus. Alhamdulillah.
Di Musolah aku bertemu dengan adik tingkatku (Yuli, 2018), kami sholat bersama dan aku mengajaknya untuk makan siang bareng. Namun sebelum pergi makan siang, aku bertemu dengan salah satu adik tingkatku yang lain (Rino, 2016) dan berbincang sejenak.
Bagiku, bertemu lalu berinteraksi dengan manusia lain mampu menciptakan positive energy yang luar biasa. Setelah selesai membahas beberapa hal, Aku dan Yuli akhirnya pergi makan siang. Di tempat makan kami mengobrol tentang banyak hal, aku lebih banyak berbicara, memberi saran dan masukan. selebihnya adalah obrolan biasa antara dua orang sahabat. Sebagaimana aku tidak pernah menganggap kating yang dekat denganku sebagai kating, maka aku juga tidak ingin dianggap kating oleh adik tingkatku. Aku lebih suka dianggap sebagai teman atau saudara.
Setelah selesai makan, aku mengantar Yuli kembali ke FH, namun sebelumnya aku dan Yuli sempat mengabadikan moment kebersamaan dalam sebuah foto.
Semoga Yuli bisa menuntaskan skripsinya tepat waktu. semangat Yul~
Setelah mengantar Yuli, aku langsung bergegas menuju MEFI. Pukul 14.15 WIB aku tiba disana. Aku sengaja datang lebih awal dari kesepakatan sebagai bentuk keseriusan.
Aku senang sekali melihat MEFI (Menara Fitrah) yang berkembang pesat, ramai peserta didiknya dan makin berkualitas. Semoga terus bertumbuh yaa~ Aamiin. moga bisa sampe ada jenjang pendidikan universitasnya.
Pukul 14.30 WIB, Aku akhirnya bertemu dengan mba Dewi dan juga mba Nova. keduanya seniorku tapi beda fakultas. Aku baru menyadari bahwa circleku lebih banyak dari lintas fakultas. Baiqlaah:)
Perjalanan dari MEFI ke Tanjung Pinang membutuhkan waktu sekitar 45 menit. karena aku membawa motor dengan cukup pelan. Sepanjang jalan kami habiskan untuk bercerita dan berbagi kisah. emang paling seru sih ngobrol sama orang yang one frame sama kita.
Setibanya di tanjung Pinang, kami langsung ke rumah mba Dewi dan mengambil tanaman Kecubung. Lalu menatanya di pot. Tak lama kemudian adzan ashar berkumandang, kami sholat ashar lalu beristirahat sambil mengobrol sejenak ala ala ibu-ibu pengajian:)
insyaallah gakada unsur ghibah sama sekali. kami hanya membahas hal hal tentang kami.
Pukul 16.30 WIB aku memutuskan untuk pulang dan berpamitan dengan bundanya mba Dewi dan mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam.
Sebelum pulang, aku mengabadikan moment bersama mba Dewi.
Rasanya sudah lama sekali aku tidak pergi keluar dalam misi perjalanan jauh. Dan kini, aku semakin tau bahwa aku merasa hidup ketika melakukan perjalanan. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk menuai ibroh dari sebuah perjalanan dan penemuan-penemuan didalamnya.
Alhamdulillah Tanaman Kecubung kini sudah tertanam di bagian belakang rumah. meski mudah sekali layu dan mati, kami mencoba menanamnya dibeberapa tempat lainnya juga.
Terimakasih mba Dewi, dan semua orang yang telah kutemui di hari itu. Aku merasa karena Kecubung, silahturami kita kembali terhubung. Alhamdulillah. (nov)
Komentar
Tp alhamdulillah banget, niat cuma mencari daun kecumbung eh sekalian silahturahmi sengan teman-teman lama