Langsung ke konten utama

Cerita tentang Kostanku

Bulan juni 2022 lalu, Aku sempat mengunjungi Bandung untuk mencari kostan. Saat itu, aku ditemani oleh Nadya dan Atikah, sahabat shalihahku. 
Sebelum mencari kostan, kami menghabiskan waktu untuk sarapan pagi dan ngobrol-ngobrol seputar lpdp dan dunia kampus. Lalu kami menuju kampusku yang berada di Jalan Banda itu karena Aku berencana untuk ngekost di daerah dekat Kampus. Bukan satu dua tempat yang kami kunjungi, bukan pula satu dua sumber yang jadi patokan kami. Wah, cari kostan di Bandung tidak semudah yang kupikirkan. Sampai lelah kaki kaki kedua sahabat shalihaku ini. Sampai akhirnya kami menemukan satu yang paling cocok dan lokasinya lumayan dekat dengan Kampus. Namanya Kost Bara 6, harganya 1,1jt/bulan. Kenapa bisa semahal itu? Karena lokasinya memang di pusat kota. Dan itu sebetulnya harga standar di kota Bandung. Lagipula living allowance dari LPDP lebih dari cukup untuk harga segitu. Betul kan teman-teman?

Keesokan harinya aku pulang ke Depok dan beberapa hari berikutnya akupun memutuskan untuk pulang ke Palembang. Karena aku merasa safari silaturahimku sudah cukup. Aku sudah cukup puas bertemu dengan hampir semua teman-temanku yang berada dikawasan Bandung dan Jabodetabek.

Setelah pulang ke Palembang, aku melanjutkan rutinitasku. Persiapan untuk PK dan tentunya mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kampus. Aku juga kembali survei kostan via online. Hanya saja kembali dibukanya kampus, membuat banyak kostan yang sudah menjadi opsiku ternyata penuh dan sudah ditempati oleh si penyewa.

Alhasil, Aku ke Bandung tanpa memiliki kostan. Beruntungnya Aku punya sahabat shalihah seperti Atikah. Beliau bersedia berbagi kostan denganku. Beliau memperlakukanku dengan amat baik. Maka akupun begitu. 3 pekan lamanya aku bernaung di Kembang Laundry Kost yang letaknya di dekat Kampus UPI.

Karena sistem pembayaran kostan di Bandung kebanyakan menggunakan metode per-3bulan/per-6bulan/-pertahun. Maka kuputuskan untuk mencari kostan pasca uang Settlement Allowance(SA)ku cair. 

Di hari uang SA-ku cair, aku langsung menghubungi Aziz, teman S1ku di UNSRI. Sebetulnya ada banyak yang menawarkan bantuan untuk menemaniku mencari kostan. Lalu kenapa aku justru meminta bantuan pada Aziz? Ada banyak alasan kenapa Aziz, yang pertama karena kami berasal dari satu daerah yang sama, yang kedua karena Aziz punya motor, SIM, STNK dan helm, yang ketiga karena Aziz selalu tau kapan waktunya untuk sholat, yang keempat karena Aziz adalah orang yang fokus pada tujuan sehingga kalo tujuannya cari kostan, maka resultnya adalah mendapatkan kostan, dan yang terakhir serta yang paling penting adalah Aziz tidak pernah menganggapku sebagai wanita yang possible untuk ia nikahi. Aziz benar-benar menganggapku sebagai teman baik yang bisa ia bantu. Sedangkan jika aku menerima tawaran bantuan dari yang lain, kemungkinan edisi cari kostan dijadikan sebagai edisi jalan-jalan. 

Itulah bedanya Aziz. Sebagai orang yang telah mengenalnya sejak 2019, aku berani mengatakan bahwa Aziz adalah pria yang baik. Saking baiknya, ia akan setia menyukai satu perempuan saja. Untuk nama perempuan yang sering sekali Aziz sebut namanya dihadapanku, semoga kalian berdua berjodoh. Aku berhutang banyak pada Aziz, saat ini aku baru bisa membayarnya dengan doa-doa terbaik. Semoga kuliah Aziz di ITB lancar dan semua urusannya dipermudah. Aamiin.

Aku dan Aziz memulai perjalanan ba'da sholat Ashar, kami mengelilingi beberapa kecamatan di kota Bandung. Sampai akhirnya Aziz mulai kelelahan, akupun berpasrah. Tapi ketika Sholat Maghrib di masjid Salman ITB, aku benar-benar menyerahkan urusanku pada Allah SWT, sambil membaca Surah Al-Mu'minin ayat 29 beberapa kali agar dipermudah dalam menemukan tempat terbaik untuk tinggal sebagaimana saran seorang Ibu Ibu dari Daarut Tauhid.

Setelah selesai sholat, aku mengajak Aziz untuk makan terlebih dahulu. Dan dari sinilah awal penemuan itu. Kami makan sate dan aku akhirnya mendapatkan jawaban dari doaku. Teteh penjual sate ternyata memiliki Teteh yang dirumahnya ada kostan. Tanpa pikir panjang Aku langsung meminta kontak beliau, karena lokasinya tidak jauh, aku dan Aziz langsung menuju kesana.

Seperti yang kubilang, Aziz sangat taat aturan. Kostan itu adalah kostan khusus putri dan tidak memperkenankan tamu laki-laki untuk masuk. Aziz akhirnya menunggu di bawah dan aku mengikuti Ibunya menuju kamar yang kosong. Ya, kamar 04. Kamar inilah yang sekarang menjadi tempatku bernaung. Setelah merasa sangat cocok dan benar benar sesuai kriteriaku akhirnya aku langsung membayar untuk bulan pertama karena ternyata disini menerapkan sistem bayar bulanan.

Agar tidak penasaran, biar kuberitahu bagaimana kriteriaku:
Yang pertama: Kostan khusus Putri
Yang kedua: Kostan tidak boleh didatangi oleh laki-laki. Bukan apa-apa yaa, iman manusia itu fluktuatif, jadi jika laki-laki diperbolehkan main ke kostan kita, maka lama-lama akan kebiasaan lalu nyaman. 
Yang ketiga: Kostan tidak ada kucing, bersih dan rapi
Yang keempat: Tempat parkiran aman dan dilengkapi dengan CCTV.

Dan setelah melihat aturan yang Teh Nur (pemilik kostan) berikan, aku benar-benar merasa bahwa Allah sebaik itu. Allah itu selalu memberikan apa yang kita minta dengan sungguh-sungguh.
Setelah mendapatkan kunci kostan, aku dan Aziz akhirnya pulang dan menyempatkan berbelanja sebentar di BORMA membeli beberapa keperluan dan snack untuk Atikah. Untuk itu, terimakasih banyak yaa Aziz, if you need my help, you know my number right?

Meski sudah menemukan kostan, aku tidak serta merta pindah. Aku masih harus menunggu motorku tiba. Di hari motorku tiba, sorenya aku langsung memutuskan pindah. Lagi-lagi Atikah membantuku untuk pindahan. Terimakasih yaa Bund. Aku berhutang banyak pada bunda. Intinya kalo bunda butuh apa-apa jangan sungkan-sungkan yaa, just call me, okaay?
*nb: Bunda adalah panggilan sayang aku kepada Atikah.

Kamis, 8 September 2022, adalah hari kepindahanku ke kost Mambo.
Kostan ini sangat nyaman dan membuatku bisa melakukan pengobatan dengan tenang.
Terlebih lagi aku mempunyai teman-teman kostan yang ternyata seumuran.

namanya Yunita (mukenah pink) dan Hilda (mukenah full flower). Keduanya bekerja (yang satunya pegawai Bank dan yang satunya pegawai Industri), sedangkan aku sendirilah yang kesehariannya disibukkan dengan belajar dan tumpukan tugas sebagai seorang mahasiswi S2.

Ya begitulah hidup.
Tidak ada yang benar-benar kebetulan.
Semuanya tidak terlepas dari rencana Allah SWT.

Dan satulagi, apa-apa yang melibatkan Allah, pasti Allah libatkan kebaikan didalamnya. (Nov)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Riwayat Penyakitku

Sebagai  manusia biasa, ada kalanya kita terkena penyakit ataupun musibah yang menyerang daya tubuh. Begitupula dengan diriku, sejak usia balita aku pernah mengalami penyakit step. Step adalah kejang demam yang juga berpotensi menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. (Aku menganggap peristiwa ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT, pasalnya aku berhasil melewati masa kritis pertamaku).  Setelah kejadian itu, aku jarang sekali sakit. Aku bahkan tumbuh menjadi anak yang sehat dengan postur tubuh yang gemuk gempal dan menggemaskan.  Namun, ketika kelas 3 SD, aku kembali mengalami step. Penyakit itu ternyata muncul lagi. Nyaris 1 bulan aku libur sekolah. Aku yang sulit sekali mengkonsumsi obat, harus menggunakan pisang sebagai penawarnya. Pisang putri adalah favoritku dan jika ibu tidak membelikannya maka aku menolak untuk makan obat. Aku memang sangat keras kepala. Aku bahkan rela mati jika tidak ada pisang (saat itu). Jika diingat-ingat betapa konyolnya diriku. Setelah i

Menikah! (Episode Baru Tiap Hari)

Gak nyangka menikah itu seluar biasa iniiii~ Yuk simak ceritaku.. Well, aku baru banget nikah sama Mamas itu 5 Februari 2023, kalo dihitung-hitung yaa belum ada sebulan. Tapi percaya atau enggak, menikah itu memuat episode baru tiap hari. Kenapa aku bilang begitu? Yaa karena tiap hari aku menemukan hal-hal baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. 1. Menetap di tanah Rantau Sebagai orang yang lahir dan berkembang di Pulau Sumatera, jauh dari rumah adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Novi dan Mamas tentunya sangat nyaman tinggal di Palembang. Selain dekat dengan orangtua, kami punya circle dan jejaring yang baik di kota pempek itu. Terlebih kami berdua memang suka sekali makan makanan palembang seperti pempek, kemplang, tekwan, model, dan sebagainya yang tidak kami temui di tanah rantau. Maksudnya, kualitas makanan dan harganya yang tidak sama hehehe. Tidak hanya tentang makanan, menetap di tanah rantau adalah pilihan yang terbilang tidak m

Bandung's Life

14 Agustus 2022 adalah hari dimana aku meninggalkan kota Palembang. Kota yang dipenuhi oleh orang-orang terkasih. Kepergiaanku kali ini memang akan cukup lama karena tujuannya untuk melanjutkan studi di Kota Bandung, tepatnya di Magister Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Tepat pukul 09.00 WIB, Ibu dan kakak perempuanku mengantarkanku ke Bandara.  Ayah memang sengaja tidak ikut karena kondisi kesehatannya saat itu tidak terlalu baik. Lagipula ini bukan kepergianku yang pertama.  Namun takbisa kupungkiri bahwa ini adalah kepergianku yang terlama. Jika selama ini aku hanya pergi paling lama selama 40 hari, namun kali ini sepertinya aku akan menghabiskan ratusan hari di tanah rantau. Setibanya di Jakarta, aku sempat bertemu Dodo, teman sepermainanku pasca kampus. Dodo yang bekerja di daerah Tanggerang menyempatkan diri untuk bertemu denganku di Bandara Soetta. Kami menghabiskan waktu bersama hanya untuk sekedar sholat, makan dan mengobrol. Dodo juga me